” Manfaat
pendidikan karakter bagi guru ” (Character education benefit for teacher)
Membangun
peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter
manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang
dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia,
baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
(Build civilization a nation intrinsically character development and superman character from intellectual side, spiritual, emotional, and fisikal melandasi by humanity natural tendency. natural tendency points refuses human glory, good as somebody load from the day borned or as education process result.)
(Build civilization a nation intrinsically character development and superman character from intellectual side, spiritual, emotional, and fisikal melandasi by humanity natural tendency. natural tendency points refuses human glory, good as somebody load from the day borned or as education process result.)
Nelson Black
dalam bukunya yang berjudul “Kapan Sebuah Bangsa Akan Mati” menyatakan bahwa
nilai-nilai akhlak, kemanusiaan, kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya
merupakan sederet faktor keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya,
kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah
peradaban. Ia juga menulis, “Kebejatan sosial akan tampak pada pengingkaran
atas konstitusi dan instabiltas ekonomi.”
(Nelson black in the book have a title” when a nation die” declare that character values, humanity, economy welfare, and culture strength is sederet superiority factor a society humanist. on the contrary, kebejatan social and culture is decline cause factor a civilization. he also writes, “broken social appear in disavowal on constitution and instabiltas economy. )
(Nelson black in the book have a title” when a nation die” declare that character values, humanity, economy welfare, and culture strength is sederet superiority factor a society humanist. on the contrary, kebejatan social and culture is decline cause factor a civilization. he also writes, “broken social appear in disavowal on constitution and instabiltas economy. )
Pada Kongres
Pendidikan se-Indonesia yang digelar di Yogyakarta bulan Oktober 1949, almarhum
Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa mengatakan bahwa “Hidup haruslah diarahkan
pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan, dan kita seharusnya tidak
menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban asing. Ini adalah demi
mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut bagi kehidupan
nasional, dan secara mutlak untuk menaikkan martabat kebanggaan bangsa
Indonesia.
(In education congress entire indonesias that spreaded out october month special province yogyakarta 1949, the late ki hadjar dewantara from student park says that” alive must be aimed in progress, existence, culture and coalitions, and we should not averse that elements from foreign civilization. this by push growth process and enrich furthermore for national life, and absolutely to raise indonesia bational pride dignity.)
(In education congress entire indonesias that spreaded out october month special province yogyakarta 1949, the late ki hadjar dewantara from student park says that” alive must be aimed in progress, existence, culture and coalitions, and we should not averse that elements from foreign civilization. this by push growth process and enrich furthermore for national life, and absolutely to raise indonesia bational pride dignity.)
Terlepas
dari persoalan kuantitatif maupun kwalitatif tersebut, dalam konteks
pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral
dalam proses pendidikan. Karena itu, upaya meningkatkan profesionalisme para
pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan
secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap
melakukan adopsi inovasi.
(Quit of quantitative problem also qualitative, in education sector development context, teacher is role player very central in course of education. therefore, efforts increases professionalism educators a undoubtedly. teacher must get training programs according to activitas so that permanent has tall professionalism and ready do innovation adoption.)
(Quit of quantitative problem also qualitative, in education sector development context, teacher is role player very central in course of education. therefore, efforts increases professionalism educators a undoubtedly. teacher must get training programs according to activitas so that permanent has tall professionalism and ready do innovation adoption.)
Guru juga
harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa) ,penghargaan dan kesejahteraan yang
layak atas pengabdian dan jasanya. Sehingga, setiap inovasi dan pembaruan dalam
bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.
(Also must get teacher” reward” (service sign), appreciation and proper welfare at the service of and the service. so that, every innovation and renewal in the field of education acceptable and endure it well.)
(Also must get teacher” reward” (service sign), appreciation and proper welfare at the service of and the service. so that, every innovation and renewal in the field of education acceptable and endure it well.)
Di sinilah
kemudian karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas ketika menyajikan
bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru dapat diukur dari
segi moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika
beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu
menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress
secara positif, dan tidak destruktif.
(At here then has when present instructional material to subjek educate. quality a teacher measurable from morality aspect, wise, patient and dominate when adapt with subjek educate lesson ingredient. amount of that factor makes self can to face difficult problems, not easy frustration, depression or stress positively, and not destructive.)
(At here then has when present instructional material to subjek educate. quality a teacher measurable from morality aspect, wise, patient and dominate when adapt with subjek educate lesson ingredient. amount of that factor makes self can to face difficult problems, not easy frustration, depression or stress positively, and not destructive.)
Karakteristik
Pendidikan guru (Teacher education characteristics)
Menurut
Lickona dkk (2007) terdapat 11 prinsip agar Karakteristik Pendidikan guru dapat
berjalan efektif bilamana :
(1) Dikembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,
(2) Didefinisikan ‘karakter’ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
(3) Digunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter,
(4) Diciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian,
(5) Diberi peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral,
(6) Dibuat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik,
mengembangkan karakter, dan membantu eserta didik untuk berhasil,
(7) usahakan mendorong motivasi diri peserta didik,
(8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam
pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan
peserta didik,
(9) tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif
pendidikan karakter,
(10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter,
(11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta
didik memanifestasikan karakter yang baik.
(1) Dikembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,
(2) Didefinisikan ‘karakter’ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
(3) Digunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter,
(4) Diciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian,
(5) Diberi peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral,
(6) Dibuat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik,
mengembangkan karakter, dan membantu eserta didik untuk berhasil,
(7) usahakan mendorong motivasi diri peserta didik,
(8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam
pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan
peserta didik,
(9) tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif
pendidikan karakter,
(10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter,
(11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta
didik memanifestasikan karakter yang baik.
Dalam karakter
pendidikan guru penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat
terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya
seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan–sebagai basis karakter
yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik
berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang
dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting, semua
komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.
Karakter
yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai
etika inti. Karenanya, pendekatan holistik dalam pendidikan karakter berupaya
untuk mengembangkan keseluruhan aspek psikomotor, kognitif dan afektif,
emosional, dan perilaku dari kehidupan moral yang akan dipahami peserta didik
untuk membantu menciptakan komunitas bermoral, mendengar cerita ilustratif dan
inspiratif, dan merefleksikan pengalaman hidup melalui pendekatan yang
komprehensif menggunakan semua aspek persekolahan sebagai peluang untuk
pengembangan karakter. Ini mencakup apa yang sering disebut dengan istilah kurikulum
tersembunyi, hidden curriculum (upacara dan prosedur sekolah; keteladanan guru;
hubungan peserta didik dengan guru, staf sekolah lainnya, dan sesama mereka
sendiri; proses pengajaran; keanekaragaman peserta didik; penilaian
pembelajaran; pengelolaan lingkungan sekolah; kebijakan disiplin); kurikulum
akademik, academic curriculum (mata pelajaran inti, termasuk kurikulum
Pendidikan Jasmani,Olahraga dan kesehatan ), dan program-program
ekstrakurikuler, extracurricular programs (tim olahraga, club, proyek pelayanan,
dan kegiatan-kegiatan setelah jam sekolah).
Pendidikan
karakter yang efektif harus menyertakan usaha untuk menilai kemajuan. Terdapat
tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian:
(1) karakter sekolah: sampai sejauh mana sekolah menjadi komunitas yang lebih peduli dan saling menghargai? (2) Pertumbuhan staf sekolah sebagai pendidik karakter: sampai sejauh mana staf sekolah mengembangkan
pemahaman tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mendorong pengembangan karakter?
(3) Karakter peserta didik: sejauh mana peserta didik memanifestasikan pemahaman, komitmen, dan tindakan
atas nilai-nilai etis inti? Hal seperti itu dapat dilakukan di awal pelaksanaan pendidikan karakter untuk
mendapatkan baseline dan diulang lagi di kemudian hari untuk menilai kemajuan.
(1) karakter sekolah: sampai sejauh mana sekolah menjadi komunitas yang lebih peduli dan saling menghargai? (2) Pertumbuhan staf sekolah sebagai pendidik karakter: sampai sejauh mana staf sekolah mengembangkan
pemahaman tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mendorong pengembangan karakter?
(3) Karakter peserta didik: sejauh mana peserta didik memanifestasikan pemahaman, komitmen, dan tindakan
atas nilai-nilai etis inti? Hal seperti itu dapat dilakukan di awal pelaksanaan pendidikan karakter untuk
mendapatkan baseline dan diulang lagi di kemudian hari untuk menilai kemajuan.
Semoga
pendidikan karakteristik guru tidak berhenti hanya wacana karena tidak termasuk
dalam program 100 hari pemerintah SBY-Boediyono. Pada poin 13, reformasi di
bidang pendidikan, hanya disebut: ‘Menyambungkan atau mencegah mismatch antara yang
dihasilkan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan dan keperluan pasar tenaga
kerja. Banyak yang dihasilkan perguruan tinggi, oleh sekolah-sekolah kejuruan,
oleh balai-balai latihan kerja, tidak selalu klop dengan yang diminta pasar
tenaga kerja.’ Lagi-lagi hanya soal pekerjaan, lalu di mana pendidikan karakter
yang sesuai dengan UUD 1945 ?
Pendidikan
karakter di sekolah harus sesuai Kemendiknas
Semarang–Pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, Profesor Herawati Susilo mengatakan penanaman pendidikan karakter di sekolah harus mengacu konsep dari Kementerian Pendidikan Nasional.
Semarang–Pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, Profesor Herawati Susilo mengatakan penanaman pendidikan karakter di sekolah harus mengacu konsep dari Kementerian Pendidikan Nasional.
“Kemendiknas
telah merancang ‘grand design’ pembelajaran pendidikan karakter. Itu yang harus
jadi acuan,” katanya usai seminar nasional “Pengembangan Inovasi Pembelajaran
Berbasis Lesson Study” di Semarang, Sabtu.
Acuan yang
telah ditetapkan Kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokan
konfigurasi karakter, yakni
1.Olahhati,
2.Olahpikir,
3.Olahraga, dan
4. Olahrasa-karsa.
1.Olahhati,
2.Olahpikir,
3.Olahraga, dan
4. Olahrasa-karsa.
a. Olahhati
bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional,
b. Olahpikir bermuara pada pengelolaan intelektual,
c. Olahraga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan
d. Olahrasa bermuara pada pengelolaan kreativitas,” katanya memaparkan.
b. Olahpikir bermuara pada pengelolaan intelektual,
c. Olahraga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan
d. Olahrasa bermuara pada pengelolaan kreativitas,” katanya memaparkan.
Menurut dia,
keempat konfigurasi penanaman pendidikan karakter tersebut harus terkandung
dalam rancangan kegiatan pembelajaran, dan tidak boleh melenceng dari acuan
Kemendiknas itu.
Dia
mengkhawatirkan, apabila ada rancangan kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai
dengan acuan itu, akan mengacaukan dan membelokkan cita-cita besar penanaman
pendidikan karakter terhadap peserta didik.
Proses
selanjutnya untuk pengembangan pendidikan karakter adalah kemampuannya untuk
melewati tiga
tahapan penting, yakni
1. Pengetahuan,
2. Pelaksanaan, dan
3. Kebiasaan.
“Tiga tahapan ini tidak boleh diabaikan,” katanya menegaskan.
tahapan penting, yakni
1. Pengetahuan,
2. Pelaksanaan, dan
3. Kebiasaan.
“Tiga tahapan ini tidak boleh diabaikan,” katanya menegaskan.
Namun, kata
Herawati, pengembangan pendidikan karakter dalam suatu sistem pendidikan tetap
harus selalu memperhatikan keterkaitan antarkomponen karakter setiap peserta
didik, terutama terkait perilakunya.
Sementara
itu, pakar pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI
Semarang, Prof. Sunandar mengatakan pengembangan pendidikan karakter harus
bertumpu pada empat identifikasi karakteristik peserta didik.
“Keempat
identifikasi karakteristik peserta didik, yakni :
1. Kemampuan awal,
2. Kecerdasan,
3. Gaya belajar, dan
4. Motivasi,
” kata Sunandar yang juga menjadi pembicara dalam seminar memeringati Dies Natalies Ke-29 IKIP PGRI
Semarang itu.
1. Kemampuan awal,
2. Kecerdasan,
3. Gaya belajar, dan
4. Motivasi,
” kata Sunandar yang juga menjadi pembicara dalam seminar memeringati Dies Natalies Ke-29 IKIP PGRI
Semarang itu.
Acuan yang
telah ditetapkan terkait pengembangan pendidikan karakter dari Kemendiknas,
menurut dia, penting.
Akan tetapi,
lanjut dia, empat aspek tersebut perlu diperhatikan dalam pengembangan
pendidikan karakter peserta didik.
“Pengembangan
karakter terhadappeserta didik melalui pembelajaran di sekolah tidak boleh
bersifat setengah-setengah, tetapi harus bersifat komprehensif dan integral,”
kata Sunandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar