Selasa, 21 Januari 2014

cerita kisah indah



IMPIAN SEDERHANA 

Di sebuah kota kecil di jateng, tinggallah seorang ibu dan anak gadisnya disebuah rumah yang sederhana. Hanun, itu nama anak gadis yang kini sudah abg. Hanun baru kelas dua SMA. Dia sudah tidak punya ayah. Ayahnya meninggal waktu hanun berusia lima tahun. Sudah begitu dia sering kesepian karena gak punya saudara yang bisa di ajak main. Kehidupan mereka sederhana, ibunya bekerja dengan membuka warung makan kecil-kecillan, kadang hanun membuat kerajinan tangan dari barang bekas untuk menambah penghasilan.

“sudah nun, kalau capek kamu tidur dulu, besok berangkat pagi kan?” kata ibunya, sewaktu hanun membantu ibunya membereskan warung yang mau tutup.

“gak pa pa bu, hanun belum capek, masih pengen bantu ibu, dari pada gak ada kerjaan”

“ya sudah, tapi kalau lelah, jangan dipaksakan ya, ibu nggak mau sekolahmu terganggu”

“iya bu”
......................

Pagi harinya hanun berangkat sekolah dengan semangat seperti biasa.

“eh, nanti katanya jamnya bu elsa kosong” kata nina temennya hanun

“yang bener? Napa kosong?”

“kurang tau sih, kata ketua kelas sih gitu, nanti Cuma dikasih tugas merangkum”

“hehe,bagus deh” sekelas pasti seneng banget kalo bu elsa, guru paling galak itu tidak mengajar.

Waktu pulang sekolah, hanun melihat cewek yang kayaknya seumuran dia, cewek itu berjilbab, wajahnya seperti bercahaya dan tidak membosankan untuk terus menerus dilihat. Hanun merasa kagum, wanita itu seperti bidadari pikirnya. Dia suka melihat wanita itu. Entah kenapa tiba2 dia jadi pengen pake jilbab. Tapi dia segera bangun dari lamunannya. Dia sadar, untuk bayar uang sekolah aja kadang bisa kurang. Apalagi membeli segala keperluan untuk berjilbab. Tapi hanun tetap bertekad mewujudkan impiannya itu, dia ingin mencapainya dengan usahanya sendiri. Dia tidak tega meminta uang ibunya.


.............................

“mungkin gak ya aku bisa berjilbab dengan usahaku sendiri?” kata hanun dalam hati.

“aku harus lebih bekerja keras lagi mulai sekarang, harus!”

Sejak saat itu hanun semakin rajin membantu ibunya. Membuat kerajinan tangan, dan dia juga melamar menjadi penyiar radio distasiun radio daerahnya, setelah mengalami beberapa proses, akhirnya hanun diterima menjadi penyiar radio dan membawakan acara pada malam hari karena pagi,siang,sore dia harus sekolah dan membantu ibunya.

Dengan kerja kerasnya, hanun bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, meskipun sekolah sambil bekerja, tapi nilainya tidak pernah jeblog. Karena hanun emang anak yang cerdas.

Kadang dia ingat ayahnya. “ayah pasti seneng kalo aku udah berjilbab” katanya dalam hati.


....................................

Setelah beberapa kali menabung dari hasil kerjanya. Akhirnya dia berhasil mengumpulkan uang yang lumayan banyak. Tanpa berpikir lama, dia langsung membeli apa yang dia butuhkan. Dia membeli barang2 kebutuhannya yang harganya terjangkau saja untuknya. Tidak terlalu banyak dan seperlunya saja.

Pada hari itu, hanun resmi berjilbab, waktu ibunya pulang, dia menemui ibunya untuk meminta pendapat dan memberitahu kalo dia akan berjilbab mulai sekarang. Itung2 sebagai kejutan untuk ibunya.

“bu, sekarang hanun mau berjilbab, menurut ibu bagaimana?”

“alhamdulillaaah, ibu senang sekaliii, jadi akhir2 ini kamu rajin bekerja agar bisa berjilbab? Kenapa tidak bilang sama ibu? Insya Alloh ibu kan bisa bantu”

“tapi, hanun kan pengen buat kejutan, hhehe”

“ayahmu pasti bangga” kemudian senyum mereka mengembang.

END

cerita pendek



HARI ULANG TAHUNKU
Kubuka mataku dari belaian hangat mimpi yang indah. Senyum menghiasi wajahku yang berseri. Bergegas kubereskan tempat tidurku dan berlari keluar. Kulihat seperti biasa, mama sedang memasak didapur.
“Pagi ma! Emmuach!” sapaku sambil mencium pipi mama.
“Pagi Anna. Selamat ulang tahun ya?” kata mama sambil membelai rambutku.
“Makasih ma! Buat kadonya, aku minta liburan ke Bandung ya ma!”
“Iya! Nanti kita kesana sekeluarga! Kamu cepet mandi gih. Ntar telat sekolah lho…”
“Iya ma.” kulempar senyum manisku dan bergegas ke kamar mandi.

Setelah semuanya siap, aku berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada papa, mama, kak Deny dan kak Ita. Saat aku akan duduk, kulihat ada sebuah bingkisan kado ditempat duduk yang biasa aku gunakan. Karena senangnya, langsung kubuka bingkisan kado itu.
“Wah, apa ini?”
“Buka aja sendiri!” sahut kak Ita. Ternyata itu kado dari kak Ita. Sebuah sweater berwarna ungu, sama seperti warna favoritku.
“Kalo dari kakak besok aja ya?” kata kak Deny sembari melahap sarapannya.
“Iya kak. Wah, kak Ita kok bisa tahu kalo Anna pengen sweater sih?” kutatap wajah kak Ita. Wajahnya nampak pucat dan lesu. “Kak Ita sakit ya?” lanjutku. Entah mengapa ekspresi semua keluargaku menjadi kaget dan bingung mendengar pertanyaanku.
Namun papa segera menjawab, “Nggak. Paling kakakmu itu cuma kecapekan.”

Setelah selesai sarapan, papa mengantarkan aku dan kak Ita berangkat sekolah. Sedangkan kak Deny naik sepeda motor karena ia sudah kuliah. Dimobil, tak seperti biasanya. Kak Ita memelukku. Aku pun membalas pelukannya. Tiba-tiba ia membisikkan sesuatu padaku.
“Kakak sayang sama Anna. Selamat ulang tahun ya?” kak Ita memang dari dulu dekat denganku. Ia selalu ada untukku. Ia bahkan menyayangiku lebih dari apapun. Bahkan ia rela terluka demi aku.
Kurasakan air mata kak Ita menetes. Wajahnya masih pucat dan matanya terpejam.
“Kakak kenapa?” tanyaku sambil mengusap air matanya.
“Kakak tidak apa-apa. Kakak hanya ingin memeluk Anna dengan erat. Ini kan hari spesial Anna!”

Mobil yang membelah jalanan kota Jakarta itu berhenti disekolah kak Ita. Kak Ita melepas pelukannya dan menciumku. Setelah kak Ita turun, mobil kembali dipacu menuju sekolahku.
“Kak Ita kenapa ya?” gumamku. 10 menit kemudian sampailah digerbang sekolahku. Kuberikan salam untuk papa. Dan mobil papa pun hilang di balik tikungan sesaat setelah papa memberi lambaian tangannya.
“Hai Anna! Selamat ulang tahun ya?” sapa teman-temanku. Mereka semua memberiku kado, hingga tasku penuh rasanya. Ada juga cowok yang memberiku bunga mawar dan cokelat. Wah, senangnya.

Saat pulang sekolah, aku menunggu taxi. Akan tetapi, tak ada satupun yang lewat. Tiba-tiba muncullah Erik, sahabatku, yang menawariku tumpangan. Aku ikut saja, toh dari tadi tak ada taxi yang lewat.
“Makasih ya Rik buat tumpangannya!” kataku sesampainya digerbang rumah.
“Sama-sama. By the way, rumahmu kelihatan sepi ya?”
“Iya, tumben. Mungkin kakakku belum pulang. Mau mampir?”
“Nggak usah. Aku pulang dulu ya?”
“Iya, hati-hati.” kataku sambil menepuk pundaknya.

Kubuka gerbang yang terkunci dengan kunci cadangan yang kubawa. Ternyata pintu rumah juga dikunci.
“Kok aneh? Tumben pintu pada ditutup. Mama kemana ya?” gumamku. Setelah kucari seisi rumah, tak ada seorangpun disana. Perasaanku mulai tak enak. Aku coba telepon mama berulang kali, tapi tak diangkat. Begitu juga papa dan kak Ita. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon kak Deny.
“Halo kak Deny?” kataku saat teleponku dijawab olehnya.
“Ya halo Anna. Sebentar lagi kakak jemput kamu. Tunggu ya?” sahut kak Deny yang langsung menutup teleponnya.
“Ada apa ini? Semua tak seperti biasanya. Apa maksud kak Deny mau menjemputku? Kenapa suaranya parau? Memangnya semua orang kemana?” tanyaku kebingungan sambil menunggu kak Deny.

25 menit kemudian motor kak Deny sampai didepan gerbang. Hatiku sedikit lega.
“Cepat kunci pintu dan naik motor kakak!” perintahnya. Aku tak berani bertanya apa pun padanya. Wajahnya nampak kacau dengan bekas tangisnya. Aku bergegas naik motor kak Deny sambil membawa tas yang penuh kado ini. Aku ingin menunjukkannya pada kak Ita. Siapa tahu kak Ita juga ada disana.
Aku bingung. Sangat bingung. Kenapa kak Deny membawaku ke rumah sakit?
“Kakak nggak salah tujuan kan? Kenapa kita kerumah sakit?” tanyaku.
“Kamu tunggu disini. Kakak mau ke resepsionis sebentar!”

Kami berjalan menuju ruang ICU. Kulihat dari kaca pintu, kuingin tahu siapa yang ada disana. Bagai disengat listrik ratusan volt. Aku melihat kak Ita tengah berbaring disana. Air mataku pun menetes. Aku melihat kak Deny sedang duduk melamun disamping mama dan papa. Aku menghampiri mereka.
“Kak Ita kenapa?” tanyaku histeris. Kak Deny berusaha memelukku dan menenangkanku.
“Kamu sabar dulu. Jangan ikut nangis. Nanti kakakmu tambah sedih!” sahut papa yang ikut menenangkanku.
“Iya! Tapi kak Ita kenapa? Kenapa tiba-tiba kak Ita ada di ICU?” tanyaku lagi.
“Kakakmu mengidap Leukimia, sayang. Maaf kami tak memberitahumu. Ini keinginan kakakmu sendiri. Ia nggak mau kamu sedih!” kata mama yang ikut menangis. Kak Deny yang memelukku pun tak kuasa menahan tangisnya. Seorang perawat keluar dan mempersilahkan 2 orang untuk menjenguk kak Ita. Aku dan kak Deny lah yang masuk. Kami memakai busana yang steril yang telah disediakan oleh rumah sakit.
“Kak Ita? Kakak kenapa nggak cerita ke aku sih?”
“Ka..kk..ak ng..gggak pap...ah kok di..ik” katanya sambil tersenyum.
“Kak Ita cepet sembuh. Aku kan mau cerita ke kakak kalo tadi tuh banyak yang ngasih kado ke aku!” kataku menahan ribuan tetes air mata yang hendak meledak diujung mataku.
“Ahaha.. pac..ar kam..muh jj..jug..a yy..ya?” godanya. Kak Deny langsung bersandar didekat kepala kak Ita. Ia menangis.
“Ka..k Den..h..ny jj..jangan nang..h..iss. It..ta ud..dah sen..eng kok,”
“Aku lalu mencium kak Ita dan ikut bersandar di kepalanya. Tak terasa waktu yang kami milikki untuk menjenguk telah habis. Terpaksa kami harus meninggalkan kamar kak Ita.

Bulan menampakkan wujudnya. Dan bintang ikut menemaninya. Aku yang sedang duduk termenung diteras rumah bersama kak Deny menikmati indahnya tanpa kak Ita. Kami tidak di izinkan untuk tinggal di rumah sakit terlalu lama. Dulu kami sering menikmati malam bertiga sambil membakar jagung. Dan kak Deny selalu makan paling banyak. Itu membuat kak Ita ngambek dan mencubit pipinya.
Tiba-tiba suara handphone kak Deny memecahkan lamunan kami.
“Iya ma?” kata kak Deny saat menjawab telepon dari mama. Wajahnya langsung pucat pasi. Air matanya mengalir. Firasatku mulai tak enak lagi.
“Iya ma. Aku ngerti!” jawab kak Deny langsung mematikan teleponnya.
“Cepat ganti baju dan ikut kakak!” serunya.

Kak Deny tak mengunci pintu maupun pagar. Aku bingung. Ia langsung memacu motornya kerumah tante yang kebetulan masih satu komplek.
“Iya Den. Tante dan om sudah tahu. Cepatlah kesana!” kata tante dan om yang nampak terburu-buru. Kak Deny memacu motornya lagi menuju rumah pak RT. Aku menunggu diluar. Aku tak tahu apa yang teerjadi. Kenapa harus ke pak RT?
“Ayo berangkat!” kata kak Deny. Aku tak berani bertanya apa pun.
Sesampainya disana, aku melihat kamar ICU kak Ita telah kosong. aku senang, karena kukira kak Ita telah membaik dan telah dipindahkan ke kamar biasa. Namun kegimbiraanku berhenti sampai disana. Aku melihat papa, mama dan kak Deny menangis. Aku mendekatinya.
“Anna. Kamu bareng kak Deny saja ya pulangnya?” tanya papa. Pulang? Aku bahagia. Karena kukira kak Ita telah sembuh dan boleh dibawa pulang. Aku lalu mengiyakan saja tawaran papa tadi sembari tersenyum.

Diperjalanan, aku merasa heran. Kenapa motor kak Deny dan mobil papa mengikuti ambulance? Kecurigaanku semakin bertambah ketika ambulance itu berhenti didepan rumahku. Begitu juga suasana rumahku yang ramai sekali. Banyak orang yang memakai baju berwarna hitam. Saat aku turun dari motor kak Deny, aku melihat bendera kuning yang ada dipagar rumahku. Ada apa ini?
Pintu ambulance itu terbuka. Betapa kagetnya aku. Bagai tersambar petir ditengah gurun pasir.
“Kak Ita?!” gumamku tak percaya. “KAAAKK ITTAAAA!!!” teriakku. Tangan kak Deny meraihku dan memelukku. Aku menangis tak karuan.
“Kak Ita… kenapa kak Ita pergi? Kenapa kak Ita ninggalin aku disaat aku berulang tahun? Kenapa kak Ita nggak sempet nemenin aku membuka kado-kado itu, kak?” kataku sambil menangis dipelukan kak Deny.
“Anna sayang, sudah ya? Jangan sedih terus. Ikhlaskan kakakmu. Dia juga nggak mau lihat kamu sedih dan menangis seperti ini!” Kata kak Deny menyeka air matanya lalu mengusap air mataku.
“Lalu siapa yang nemenin kita bakar jagung? Siapa yang akan menceritakan cerita lucu pada kita? Siapa yang akan ngajak kita jalan-jalan? Siapa yang akan kita jahilin saat kak Ita masak? Siapa yang akan menemani kita menatap langit? Siapa kak Deny? Siapa?” tangisku memuncak.
“Tapi Ita akan sedih jika lihat kamu nangis!”
“Aku belum membuka kadoku bersamanya. Aku ingin memberikan kado yang ia senangi. Tapi kenapa Tuhan mengambilnya?!!”
*****

Sore itu tepat 7 hari meninggalnya kak Ita. Aku dan kak Deny sedang duduk dihalaman belakang rumah. Biasanya kami bertiga bercerita dan bernyanyi bersama disini. Namun kini tiada lagi canda tawa kak Ita. Ia telah bahagia hidup disana. Selamat jalan kakakku sayang… semoga amal kebaikanmu diterima disisi-Nya. Aku adikmu dan kak Deny selalu merindukanmu. I LOVE YOU…

cerita pendek tentang cinta



Kesalahan cinta ku

            Kisah Sebuah persahabatan yang dimulai sejak mereka berusia 2 tahun, akan tetapi mereka tidak pernah mengetahui nama nya masing masing,, satu orang perempuan dan satu orang laki2 saling menyayangi satu sama lain, karna sayang mereka pun tidak pernah menyebut nama dan mereka hanya memanggil ade dan kaka.
            Mona adalah seorang gadis yang selalu menyayangi sahabatnya Evan, begitu pun Evan,, ia selalu menyayangi Mona,, Bahkan ia rela berkorban demi Mona, Pada saat itu Evan tidak mengetahui nama Mona,, karena ia selalu memanggil Mona dengan sebutan ade,, begitu pun Mona yang selalu memanggil Evan kaka,,
            Begitu dekatnya mereka sampai mereka saling berkorban satusama lain, dan persahabatan mereka tidak pernah terpecah hingga mereka berusia 5 tahun,, tappi persahabatan mereka terpisah karena kehendak orang tua.
            Pada saat mereka berusia 6 tahun, Evan harus pergi bersama orang tua nya karena ayahnya mendapat tugas di luar negri, dan Evan harus sekolah di luar negri juga, dengan berat hati evan harus meninggalkan Mona, Mona juga harus merelakan kepergian Evan untuk masa depan Evan, tappi pada saat itu Evan berjanji bila ia kembali nanti, iia pasti menemui Mona dan berjanji akan mempersunting Mona
            Bertahun-tahun evan pergi namun tidak pernah mengabari Mona, Hingga Mona harus selalu murung menantikan kehadiran sahabatnya itu, dan bahkan ia bertekat untuk tidak pernah mempunyai pacar karna ia akan selalu menanti Evan,,
            13 tahun sudah lamanya Evan meninggalkan Mona, saat ini usianya sudah 19 tahun tapi Mona tetap pada pendirianya yang tidak mau punya pacar sebelum dia bertemu dengan Evan,, namun pada suatu hari Evan tengah pulang dari luarnegri, dan kini dia kembali ke Indonesia dan melanjutkan kuliahnya di Kampus yang sama dengan kampus Mona,, karna waktu terlalu lama tidak mempertemukan mereka, mereka pun tidak saling mengenali karena selain usianya yang bertambah wajah merekapun sudah tampak berbeda. Selain itu mereka pun tidak mengetahuinya karena pada masa kecilnya mereka tidak pernah tau namanya.
Tanpa sadar Mona dan Evan pun tinggal satu kelas.
            Selama 13 tahun semuanya telah berubah, Mona yang selalu ceria menjadi gadis yang suka murung seakan ia menanti sesuatu yang tak pasti. Namun berbeda dengan Evan,, Evan yang mulanya penyayang dan suka menghargai perasaan orang lain, kini menjadi lain. Kini Evan telah menjadi seorang playboy yang suka memainkan perasaan wanita
Suatu hari Evan dengan teman-temannya mengadakan sebuah taruhan, pada saat itu mereka menggunakan Mona untuk menjadikan bahan taruhannya, karna mereka fikir Mona tidak akan menerima Evan dengan alasan Mona tidak akan pernah berpacaran sebelum ia tau kepastian dari sahabatnya itu. Ketika itu Evan pun mencoba menyatakan cintanya pada Mona, namun Mona menolak Evan. Karna ia takut kalah taruhan dengan teman-temanya, Evan pun mencoba membujuk Mona hingga pada  akhirnya Mona menerima Cinta nya, mereka pun menjalankan hubungan mereka sebagaimana mestinya.
Pada awalnya Mona selalu bersikap dingin pada Evan karna Mona tidak pernah menyukai Evan. Namun pada akhirnya sedikit demi sedikit Mona mulai menyayangi Evan dan sudah mulai melupakan sahabatnya yg pergi tanpa kabar. Dan dia telah bahagia bersama Evan. Lama sudah mereka menjalani hubungan itu, dan Mona berniat untuk lebih sungguh-sungguh lagi dalam menjalani hubungan dengan Evan. Setelah cukup lama mereka menjalani hubungan itu, Evan menagih janji teman-temannya atas taruhannya, saat itu Mona di pertaruhkan dengan Motor ninja warna merah, Pada saat Evan bercakap dengan teman2nya, tanpa sengaja Mona mendengar percakapan Evan dan teman-teman nya,mona pun tersentak kaget saat dia tau kalau Evan manjadikan dirinya sebagai bahan taruhan. Betapa marahnya dia saat dia tau kalau Evan telah mempermainkan cintanya, Mona pun berlari pulang ke rumahnya lalu dia pun membaringkan badannya di atas kasur ber sprai hijau sambil menangis karna sakit hati. Semua yang ia berikan kepada Evan terhitung sia-sia, mulai dari cinta kasih sayang, bahkan ia pun mau berpacaran dengannya walau ia masih menunggu kehadiran sahabat kecilnya. Mona sangat menyesali semua yang terjadi, dan semua yg telah ia jalani bersama Evan.
Sekian lama ia terpuruk karna kejadian itu, dan sudah 2 minggu ini dia mengurung diri dikamar, dan dia tidak pergi ke kampus, karna dirinya masih sakit hati oleh perbuatan Evan. Dan bila ia bertemu dengan Evan dan melihat wajah Evan hatinya akan sakit. Tapi ia tidak pernah melampiaskan amarah nya itu kepada Evan. Bahkan Evan bertanya Tanya kemana selama ini Mona pergi, karna ia tidak pernah melihat Mona di sekitar kampusnya.
Sekian lama ia mengetahui itu, ia pun jatuh sakit karena terlalu memikirkan hal yang terjadi dalam kehidupanya dengan evan. Disisi lain evan mulai teringat kembali dengan sosok sahabat masa kecilnya ia pun berniat untuk menemuinya. Tak lama kemudian ia mencari dimana rumah sahabatnya itu ia berharap sahabatnya masi berada di rumahnya yang dulu. Sebelumnya Evan berniat untuk menengok mona akan tetapi ia ingin menemui sahabatnya itu.
Evan pun pergi dan mencari dimana letak rumahnya itu meski dia sedikit bingung dengan keberadaan rumahnya itu sudah hampir 2 jam Evan mencari cari pada akhirnya ia menemukan rumah tersebut dan tak jauh seperti yang dulu. Evanpun mengetuk pintu rumah tersebut dan mama Mona membuka pintu dengan muka heran karena tidak mengetahui bahwa itu Evan kemudian Evan pun menyapa mamanya Mona dengan sebutan tante dan Evan pun menanyakan Mona dengan sebutan Ade dari itu mama Mona mulai mengetahui bahwa itu adalah Evan (KAKA) mereka pun mengobrol mama Mona pun menceritakan bahwa keadaan Mona sedang sakit dikarenakan dihianati oleh pacarnya namun mama Mona tidak mengetahui bahwa yang dimaksud adalah Evan. Mama Mona pun menjelaskan kejadian yang membuat Mona jatuh sakit Evan punterkejut mendengar semua cerita mama Mona ,,Evan berfikiran untuk menemui orang tersebut yang sesungguhya.
Kemudian mama Mona mengajak Evan untuk menemui Mona yang sedang berbaring di kamar. Sudah 2 hari Mona tidak keluar kamar dan tidak mau makan saat akan membuka kamar Mona terlihat tidur dengan keadaan menghadap kekiri Evan pun belum mengetahui wajah Mona sekarang. Saat mama Mona membaringkan Mona ternyata Mona tidak sadarkan diri dengan wajah yang pucat dan suhu tubuh yang dingin mama Mona pun terkejut. Lalu Kemudian mama Mona menelepon dokter untuk memeriksa kondisi mona. Tak lama kemudian dokterpun datang dan memeriksa kondisi Mona, disaat dokter memeriksa Mona, Evan melihat diary Mona yang terletak di samping tlp rumahnya, mungkin ia lupa menyimpan diari itu ke kamarnya dan Evan membaca diary tersebut di diary tersebut tercatat bahwa dia menyayangi orang tersebut sepenuh hatinya walaupun dia menunggu sahabatnya itu. Halaman berikutnya tertulis ternyata Mona mengetahui bahwa dia menjadi taruhan hanya untuk sebuah motor untuk memainkan hatinya. Padahal Mona sudah menyayangi orang tersebut namun ternyata semua itu hanya permainan orang yang dia cintai dengan temanya. Evanpun mengetahui kejadian yang membuat Mona sakit Evan pun berfikiran untuk menghajar orang tersebut bila ia dipertemukan dengan orang itu, padahal orang yang dimaksud adalah dirinya sendiri. Disaat Evan akan membuka halaman tersebut mama Mona memanggil Evan agar masuk ke kamar saat Evan masuk mama Mona langsung memeluk dan menangis bahwa Mona telah meninggal disaat Evan menghampiri  ternyata ade yang dimaksud adalah Mona Evan pun lansung mendekati kasur tempat mona berbaring dan ia mengetahui bahwa orang yang di diary tersebut adalah dirinya. Evan pun merasa bersalah ternyata orang yang ia hianati adalah sahabatnya sendiri dan Evan pun pernah berjanji dia akan kembali dan membahagiakan Mona untuk selamanya disaat Evan menghampiri Mona Evan belum mengetahui bahwa Mona telah tiada lalu Evan menanyakan mengapa Mona hanya diam dan tidak menjawab sapaanya. Lalu Mama Mona memberi tahu bahwa Mona telah tiada Evan pun memeluk erat sambil menangisi kepergian Mona yang telah hianati cintanya dan ia kini menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan atas cintanya dan janji Evan teringkari bukan kebahagiaan yang ia beri namun penderitaan yang teramat dalam bagi Mona. Dan cinta pertama Mona harus berakhir dengan tragis oleh orang yang dia nantikan cintai. 2 minggu sudah Mona tiada Evan hanya bisa mengenang kenangan yang pernah terukir dengan Mona dan bayangan kesalahan tersebut tidak bisa ia hilangkan. Semenjak kejadian itu Evan berjanji untuk tidak mempermainkan cintanya pada siapapun, dan ia berjanji tidak akan melakukan kesalahan cinta.

……TAMAT……

kumpulan cerita pendek



30 Oktober, Korea Selatan.
Don’t Say Goodby
Udara pagi hari di kota Seoul yang diselimuti oleh kabut tipis berwarna putih begitu sangat dingin hingga terasa sampai ke tulang, semua orang yang berbicara terus mengeluarkan asap tipis dari mulut mereka.

Tampak Seorang gadis sedang terduduk di lantai didepan sebuah Toko Pakaian sambil memeluk sepasang kakinya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya, dengan pakaiannya yang terlihat aneh dan di sertai dengan sandal jepit.

#flash back
Kinan adalah seorang gadis berdarah Indonesia. Dia adalah seorang penderita Kanker Hati stadium 4. Demi sang idola, kinan lebih memilih berobat ke Negeri Ginseng tempat sang idola berada dibandingkan ke Negeri tetangga, Singapura.
 

*pukul 04:27 KST
Kinan sedang berbaring di atas ranjang pasien, dia terus mengamati ibunya yang tengah terlelap di sofa yang terletak di sebelah kiri ranjangnya. Dengan perlahan Kinan mulai melepaskan infus yang berada di tangan kirinya. Setelah infus terlepas, Kinan mulai menyentuhkan kedua kakinya ke atas lantai satu persatu.
Kinan melangkahkan kakinya ke arah sofa, bukan bermaksud untuk membangunkan sang ibu, melainkan mengambil dompet sang ibu dari dalam tasnya. Setelah Kinan mendapatkan apa yang ia butuhkan, Kinan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar dengan suara yang pelan, bahkan sangat pelan.

#back to the story
“nona apa anda baik-baik saja?” sebuah suara membangunkan Kinan, mau tak mau kinan harus mengangkat kepalanya ke arah suara itu berasal.
“apa anda pemilik toko ini?” pria itu mengangguk, Kinan merasa lega.
“iya, apa anda mencari saya?” pemilik Toko-pun mendongak.
“hmmm.....” merasa tak kuat menjawab, Kinan hanya bergumam dan mengangguk sebagai jawabannya.
“kalau begitu ayo masuk! Diluar dingin.” Pemilik Toko membantu Kinan untuk berdiri dan memapahnya sampai ke dalam Toko.
(didalam toko)
“hangat..!” seru Kinan lega.
“nona, sudah berapa lama anda menunggu?” tanya si pemilik Toko yang diketahui bernama Kim Jeong Suk.
“entahlah, yang pasti sebelum langit terang aku sudah ada di sini, begitulah yang ku ingat.” Dengan polos Kinan menjawab.
“nona, diluar begitu dingin....”
“aku tahu!” Kinan mencela.
“kalu anda tahu kenapa anda melakukannya, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anda?” Jeong Suk merasa khawatir.
“tidak akan.” Kinan menjawabnya dengan santai.

Sadar tehnya sudah habis, kinan meletakkan cangkirnya ke atas meja, dan tanpa diduga selimut yang dikenakan Kinan tersibak ke belakang.
“pakaian anda...?” Jeong Suk mulai curiga dengan pakaian yang sedang di kenakan Kinan.
“ohh ini...” Kinan mulai gelisah.
“saya akan menelpon pihak rumah sakit!” saat Jeong Suk bergegas ke arah telpon, Kinan langsung menghadang jalan.
“jangan!” tapi Jeong Suk mengabaikan Kinan. “aku mohon!” pinta Kinan.
“tapi kau sedang sakit!” Jeong Suk memandang Kinan lekat-lekat, dan kembali berjalan. Tampaknya Jeong Suk mulai merasa marah kepada Kinan.
“aku punya alasan!” Jeong Suk berhenti berjalan dan menoleh ke arah Kinan. Kinan langsung menarik Jeong Suk kembali ke meja.

_Singkat cerita_
“apa maksudmu? Apa kau gila?!” Jeong Suk terkejut mendengar alasan Kinan.
“hmm.” Kinan mengangguk penuh semangat.
“demi seseorang kau nekat sampai seperti ini! Aku sungguh tak percaya ada orang sepertimu!”
“karena ini hari ulang tahunku , jadi tolong aku. Sekali saja!” pinta Kinan sambil memelas dan mengusap-ngusapkan tangannya. Jeong Suk tampak menimbang-nimbang.
“baiklah tapi hanya kali ini saja!”
“ya baiklah! Aku tak akan pernah melupakanmu!” kinan berterimakasih sambil terus menerus membungkukkan kepalanya.

(1 jam kemudian)
“bagaimana, bagus tidak?” tanya Kinan sambil bercermin.
“kulitmu bagus, kau cocok menggunkannya.”
“benarkah??!” Kinan langsung membalikkan badannya, dan membuat Jeong Suk mundur beberapa langkah.
“kau mengagetkan ku! Bagaimana kalu aku punya penyakit jantung!” sambil memegang dada.
“maaf!” Kinan cemberut. “tapi.....?”
“kenapa?” tanya Jeong Suk.
“aku baru sadar”
“sadar apa?” Jeong Suk membereskan pakaian.
“tadi bilang ‘kau’, barusan bilang ‘anda’.” Kinan melipat tangannya.
“itu....itu karena tadi saya terkejut. Maaf kalau saya sudah berkata kasar.” Jeong Suk sedikit membungkuk.
“berapa usia mu?” tanya kinan.
“apa?”
“usia!” ulang Kinan.
“29 tahun. Memangnya kenapa?” Jeong Suk bingung.
“aku sedikit canggung memanggilmu ‘anda’, bagaimana kalau ‘oppa’ saja?”
“hah?” Jeong Suk lagi-lagi kaget.
“aku rasa aku akan sering ke Toko mu.” Kinan berbalik ke arah cermin, melihat pantulan dirinya.
“benarkah?” Kinan berhenti membenarkan pakaiannya, dan menatap Jeong Suk lewat cermin.
“benarkah?!Apa aku terlihat seperti pembohong?”
“ah tidak! Aku hany memastikan.”
“jadi...”
“jadi?” Jeong Suk mengulangi ucapan Kinan tanda tak mengerti.
“ya jadi bagaimana kalau aku panggil ‘oppa’?” jelas Kinan.
“ohh...tentu saja! Dengan senang hati.” Sambil tersenyum.
“kenalkan! Namaku Kinan Shalendra, panggil saja aku Kinan.” Kinan memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.
“ah aku Kim Jeong Suk. Berapa usia mu?”
“24” dengan nada datar dan santai.
“apa? 24?” Jeong Suk kaget.
“kenapa? Ada yang salah?” tanya Kinan.
“tidak, aku pikir usiamu 17.”
“benarkah?! Aku semuda itu?” Kinan girang.
“ah itu karena, tinggimu, itu yang membuatku berpikir demikian.”
“apa kau mengejekku?” Kinan manyun.
“tidak......tapi kau lebih manis seperti ini.” Puji Jeong Suk.
“benarkah?” Kinan senang.
“tapi menyebalkan juga” ledek Jeong Suk.
“yaaahhhh, memuji saja kau pelit.” Saat melihat jam. “ya ampun! Aku harus pergi! Aku ambil yang ini saja! Ini uangnya! Ayo cepat, aku harus ke suatu tempat!” sambil menyeret Jeong Suk ke meja kasir.
“iya... iya aku tahu. Sabar sedikit.”
“untung saja toko mu tak ramai, hanya aku yang membeli.” Celoteh Kinan.
“hmmm.... ini kembaliannya! Lain kali jangan menyusahkan!”
“iya... terima kasih yaaa sampai jumpa...”
“anak ini” sambil tersenyum.

*di sebuah tempat (ruangan)
“huft, untung saja aku tidak telat.” Gumam Kinan sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja.
“maaf menunggu lama” seorang pria berdiri di belakang Kinan dengan potongan cepak tapi terlihat keren.
“Leeteuk!” gumam Kinan sambil berdiri tak sadar.
“Silahkan!” Leeteuk mempersilahkan Kinan untuk duduk kembali.
“bagaimana kabarmu, baikkah? Namaku Kinan, aku berasal dari Indonesia.” Kinan grogi.
“senang mengenalmu Kinan. Aku? tentu saja baik, kalau tidak aku tidak akan bisa pergi.” Leeteuk tersenyum, Kinan tampak terlihat murung. “kenapa? Kau sakit? Kau terlihat pucat?”
“apa kau akan pergi?” tanya Kinan dengan pandangan kosong.
“tentu saja.”
“meskipun aku yang meminta?”
“mau tak mau aku harus pergi. Ada apa dengan mu, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“ah tidak. Berapa lama kau akan pergi?” Kinan kembali tersenyum meskipun sedikit dipaksakan.
“sekitar 2 tahun.”
“lama sekali, apa tidak bisa di kurangi?”
“itu sudah prosedurnya Kinan.”
“aku takut tidak bisa bertemu dengan mu lagi, bagaimana kalau ini pertemuan kita yang pertama sekaligus yang terakhir? Aku tidak mau.” Kinan hampir menangis.
“Kinan aku mengerti, tapi ini sudah ketentuan Negara aku tak bisa menolak.”
“kita harus berangkat!” menejer Leeteuk sudah memberi tanda.
“baik!... aku harus segera pergi.Selamat tinggal!”
“jangan ucapkan ‘selamat tinggal’! aku tak mau mendengarnya!” Kinan sedikit berteriak.
“maafkan aku, kalau begitu sampai jumpa!” Leeteuk merasa canggung.
“oppa!” Kinan menghentikan langkah Leeteuk.
“yah” Leeteuk menoleh.
“sekali lagi aku tanya, benar kau tidak bisa membatalkannya?” Kinan berharap.
“maafkan aku Kinan, tapi ini sungguh bukan kehendakku.” Kinan kecewa.
“baiklah. Ini .... aku takut kita tidak bisa bertemu lagi.” Kinan menyodorkan sebuah kalung.
“tapi ini punya mu.”
“aku tahu, meskipun ini bekasku dan bukan yang baru tapi aku harap kamu mau menerimanya.”
“tapi...”
“itu liontin berisi air. Seperti dirimu, air dapat menyuburkan Bumi, aku mengibaratkannya seperti dirimu. Jangan sampai pecah yah!” kinan meneteskan air mata.
“baiklah, terimakasih banyak. Maukah kau mengantarku sampai depan?” Kinan mengangguk semangat. “kalu begitu jangan menangis” Leeteuk menghapus air mata Kinan dan menggandengnya sampai di depan gedung.

*2 tahun kemudian.
Leeteuk terus menerima surat dalam waktu satu kali seminggu dari Kinan selama 2 tahun penuh dan sering menerima selimutdan mantel setiap satu bulan sekali, Leeteuk berjanji setelah pulang wamil dia akan menemui Kinan. Tetapi karena jadwal Leeteuk yang padat, dia harus menunggu selama satu minngu untuk menemui fans tersayangnya, krena hanya Kinan yang rutin berkirim surat padanya.

Sebelum Leeteuk pergi ada seseorang yang mencarinya, Kim Jeong Suk.
“maaf aku mengganggumu.”
“tidak apa-apa. Ada perlu apa?”
“hanya ingin mengunjungimu saja.”
“mengunjungiku?” Leeteuk heran.
“apa kau sering menerima surat dan barang atas nama Kinan?”
“iya, memang kenapa?” Leeteuk heran.
“sebelumnya aku minta maaf, sebenarnya....itu aku yang mengirimnya.”
“apa?” Leeteuk terkejut.
“bulan-bulan pertama memang Kinan yang mengirim, tetapi seterusnya aku lah yang mengirim”
“kenapa kau melakukannya?” Leeteuk marah karena merasa di bohongi.
“Kinan menderita Kanker Hati stadium 4.”
“benarkah?” Leeteuk tak percaya.
“saat dia masih merasa sehat, dia memintaku untuk memilihkan mantel dan selimut berwarna putih untukmu karena dia takut kau akan sakit.”
“kau bohong.” Leeteuk menyangkal.
“sebelum dia meninggal, dia memintaku untuk terus mengirimkan surat dan barang padamu, bahkan dia sudah memberikan uang bulanan untuk selimut dan mantel selama sisa wamil mu.”
“aku akan menemuinya sekarang!” Leeteuk berdiri.
“terlambat, dia sudah dimakamkan di Indonesia 18 bulan yang lalu. Sebenarnya tanggal kepergianmu adalah hari ulang tahun Kinan, dia ingin memintamu untuk membatalkan keberangkatanmu untuk bisa bersenang-senang denganmu. Karena sebelum dia menemui mu, dia mendatangi ku terlebih dahulu bahkan dia nekat kabur dari rumah sakit hanya menggunakan seragam pasien dan sandal jepit di pagi hari yang dingin.” Leeteuk kembali duduk, dia merasa lemas dan perlahan-lahan mulai menangis.
Akhirnya Sekarang dia tahu kenapa Kinan bertanya seperti itu sebelum dia pergi, Leeteuk-pun merasa menyesal karena telah mengacuhkan perhatian fansnya
__________THE END__________