30 Oktober, Korea Selatan.
Don’t Say Goodby
Udara pagi hari di kota Seoul yang diselimuti oleh kabut tipis berwarna putih begitu sangat dingin hingga terasa sampai ke tulang, semua orang yang berbicara terus mengeluarkan asap tipis dari mulut mereka.
Udara pagi hari di kota Seoul yang diselimuti oleh kabut tipis berwarna putih begitu sangat dingin hingga terasa sampai ke tulang, semua orang yang berbicara terus mengeluarkan asap tipis dari mulut mereka.
Tampak Seorang gadis sedang terduduk di lantai didepan sebuah Toko Pakaian sambil memeluk sepasang kakinya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya, dengan pakaiannya yang terlihat aneh dan di sertai dengan sandal jepit.
#flash back
Kinan adalah seorang gadis berdarah Indonesia. Dia adalah seorang penderita Kanker Hati stadium 4. Demi sang idola, kinan lebih memilih berobat ke Negeri Ginseng tempat sang idola berada dibandingkan ke Negeri tetangga, Singapura.
*pukul 04:27 KST
Kinan sedang berbaring di atas ranjang pasien, dia terus mengamati ibunya yang tengah terlelap di sofa yang terletak di sebelah kiri ranjangnya. Dengan perlahan Kinan mulai melepaskan infus yang berada di tangan kirinya. Setelah infus terlepas, Kinan mulai menyentuhkan kedua kakinya ke atas lantai satu persatu.
Kinan melangkahkan kakinya ke arah sofa, bukan bermaksud untuk membangunkan sang ibu, melainkan mengambil dompet sang ibu dari dalam tasnya. Setelah Kinan mendapatkan apa yang ia butuhkan, Kinan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar dengan suara yang pelan, bahkan sangat pelan.
#back to the story
“nona apa anda baik-baik saja?” sebuah suara membangunkan Kinan, mau tak mau kinan harus mengangkat kepalanya ke arah suara itu berasal.
“apa anda pemilik toko ini?” pria itu mengangguk, Kinan merasa lega.
“iya, apa anda mencari saya?” pemilik Toko-pun mendongak.
“hmmm.....” merasa tak kuat menjawab, Kinan hanya bergumam dan mengangguk sebagai jawabannya.
“kalau begitu ayo masuk! Diluar dingin.” Pemilik Toko membantu Kinan untuk berdiri dan memapahnya sampai ke dalam Toko.
(didalam toko)
“hangat..!” seru Kinan lega.
“nona, sudah berapa lama anda menunggu?” tanya si pemilik Toko yang diketahui bernama Kim Jeong Suk.
“entahlah, yang pasti sebelum langit terang aku sudah ada di sini, begitulah yang ku ingat.” Dengan polos Kinan menjawab.
“nona, diluar begitu dingin....”
“aku tahu!” Kinan mencela.
“kalu anda tahu kenapa anda melakukannya, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anda?” Jeong Suk merasa khawatir.
“tidak akan.” Kinan menjawabnya dengan santai.
Sadar tehnya sudah habis, kinan meletakkan cangkirnya ke atas meja, dan tanpa diduga selimut yang dikenakan Kinan tersibak ke belakang.
“pakaian anda...?” Jeong Suk mulai curiga dengan pakaian yang sedang di kenakan Kinan.
“ohh ini...” Kinan mulai gelisah.
“saya akan menelpon pihak rumah sakit!” saat Jeong Suk bergegas ke arah telpon, Kinan langsung menghadang jalan.
“jangan!” tapi Jeong Suk mengabaikan Kinan. “aku mohon!” pinta Kinan.
“tapi kau sedang sakit!” Jeong Suk memandang Kinan lekat-lekat, dan kembali berjalan. Tampaknya Jeong Suk mulai merasa marah kepada Kinan.
“aku punya alasan!” Jeong Suk berhenti berjalan dan menoleh ke arah Kinan. Kinan langsung menarik Jeong Suk kembali ke meja.
_Singkat cerita_
“apa maksudmu? Apa kau gila?!” Jeong Suk terkejut mendengar alasan Kinan.
“hmm.” Kinan mengangguk penuh semangat.
“demi seseorang kau nekat sampai seperti ini! Aku sungguh tak percaya ada orang sepertimu!”
“karena ini hari ulang tahunku , jadi tolong aku. Sekali saja!” pinta Kinan sambil memelas dan mengusap-ngusapkan tangannya. Jeong Suk tampak menimbang-nimbang.
“baiklah tapi hanya kali ini saja!”
“ya baiklah! Aku tak akan pernah melupakanmu!” kinan berterimakasih sambil terus menerus membungkukkan kepalanya.
(1 jam kemudian)
“bagaimana, bagus tidak?” tanya Kinan sambil bercermin.
“kulitmu bagus, kau cocok menggunkannya.”
“benarkah??!” Kinan langsung membalikkan badannya, dan membuat Jeong Suk mundur beberapa langkah.
“kau mengagetkan ku! Bagaimana kalu aku punya penyakit jantung!” sambil memegang dada.
“maaf!” Kinan cemberut. “tapi.....?”
“kenapa?” tanya Jeong Suk.
“aku baru sadar”
“sadar apa?” Jeong Suk membereskan pakaian.
“tadi bilang ‘kau’, barusan bilang ‘anda’.” Kinan melipat tangannya.
“itu....itu karena tadi saya terkejut. Maaf kalau saya sudah berkata kasar.” Jeong Suk sedikit membungkuk.
“berapa usia mu?” tanya kinan.
“apa?”
“usia!” ulang Kinan.
“29 tahun. Memangnya kenapa?” Jeong Suk bingung.
“aku sedikit canggung memanggilmu ‘anda’, bagaimana kalau ‘oppa’ saja?”
“hah?” Jeong Suk lagi-lagi kaget.
“aku rasa aku akan sering ke Toko mu.” Kinan berbalik ke arah cermin, melihat pantulan dirinya.
“benarkah?” Kinan berhenti membenarkan pakaiannya, dan menatap Jeong Suk lewat cermin.
“benarkah?!Apa aku terlihat seperti pembohong?”
“ah tidak! Aku hany memastikan.”
“jadi...”
“jadi?” Jeong Suk mengulangi ucapan Kinan tanda tak mengerti.
“ya jadi bagaimana kalau aku panggil ‘oppa’?” jelas Kinan.
“ohh...tentu saja! Dengan senang hati.” Sambil tersenyum.
“kenalkan! Namaku Kinan Shalendra, panggil saja aku Kinan.” Kinan memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.
“ah aku Kim Jeong Suk. Berapa usia mu?”
“24” dengan nada datar dan santai.
“apa? 24?” Jeong Suk kaget.
“kenapa? Ada yang salah?” tanya Kinan.
“tidak, aku pikir usiamu 17.”
“benarkah?! Aku semuda itu?” Kinan girang.
“ah itu karena, tinggimu, itu yang membuatku berpikir demikian.”
“apa kau mengejekku?” Kinan manyun.
“tidak......tapi kau lebih manis seperti ini.” Puji Jeong Suk.
“benarkah?” Kinan senang.
“tapi menyebalkan juga” ledek Jeong Suk.
“yaaahhhh, memuji saja kau pelit.” Saat melihat jam. “ya ampun! Aku harus pergi! Aku ambil yang ini saja! Ini uangnya! Ayo cepat, aku harus ke suatu tempat!” sambil menyeret Jeong Suk ke meja kasir.
“iya... iya aku tahu. Sabar sedikit.”
“untung saja toko mu tak ramai, hanya aku yang membeli.” Celoteh Kinan.
“hmmm.... ini kembaliannya! Lain kali jangan menyusahkan!”
“iya... terima kasih yaaa sampai jumpa...”
“anak ini” sambil tersenyum.
*di sebuah tempat (ruangan)
“huft, untung saja aku tidak telat.” Gumam Kinan sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja.
“maaf menunggu lama” seorang pria berdiri di belakang Kinan dengan potongan cepak tapi terlihat keren.
“Leeteuk!” gumam Kinan sambil berdiri tak sadar.
“Silahkan!” Leeteuk mempersilahkan Kinan untuk duduk kembali.
“bagaimana kabarmu, baikkah? Namaku Kinan, aku berasal dari Indonesia.” Kinan grogi.
“senang mengenalmu Kinan. Aku? tentu saja baik, kalau tidak aku tidak akan bisa pergi.” Leeteuk tersenyum, Kinan tampak terlihat murung. “kenapa? Kau sakit? Kau terlihat pucat?”
“apa kau akan pergi?” tanya Kinan dengan pandangan kosong.
“tentu saja.”
“meskipun aku yang meminta?”
“mau tak mau aku harus pergi. Ada apa dengan mu, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“ah tidak. Berapa lama kau akan pergi?” Kinan kembali tersenyum meskipun sedikit dipaksakan.
“sekitar 2 tahun.”
“lama sekali, apa tidak bisa di kurangi?”
“itu sudah prosedurnya Kinan.”
“aku takut tidak bisa bertemu dengan mu lagi, bagaimana kalau ini pertemuan kita yang pertama sekaligus yang terakhir? Aku tidak mau.” Kinan hampir menangis.
“Kinan aku mengerti, tapi ini sudah ketentuan Negara aku tak bisa menolak.”
“kita harus berangkat!” menejer Leeteuk sudah memberi tanda.
“baik!... aku harus segera pergi.Selamat tinggal!”
“jangan ucapkan ‘selamat tinggal’! aku tak mau mendengarnya!” Kinan sedikit berteriak.
“maafkan aku, kalau begitu sampai jumpa!” Leeteuk merasa canggung.
“oppa!” Kinan menghentikan langkah Leeteuk.
“yah” Leeteuk menoleh.
“sekali lagi aku tanya, benar kau tidak bisa membatalkannya?” Kinan berharap.
“maafkan aku Kinan, tapi ini sungguh bukan kehendakku.” Kinan kecewa.
“baiklah. Ini .... aku takut kita tidak bisa bertemu lagi.” Kinan menyodorkan sebuah kalung.
“tapi ini punya mu.”
“aku tahu, meskipun ini bekasku dan bukan yang baru tapi aku harap kamu mau menerimanya.”
“tapi...”
“itu liontin berisi air. Seperti dirimu, air dapat menyuburkan Bumi, aku mengibaratkannya seperti dirimu. Jangan sampai pecah yah!” kinan meneteskan air mata.
“baiklah, terimakasih banyak. Maukah kau mengantarku sampai depan?” Kinan mengangguk semangat. “kalu begitu jangan menangis” Leeteuk menghapus air mata Kinan dan menggandengnya sampai di depan gedung.
*2 tahun kemudian.
Leeteuk terus menerima surat dalam waktu satu kali seminggu dari Kinan selama 2 tahun penuh dan sering menerima selimutdan mantel setiap satu bulan sekali, Leeteuk berjanji setelah pulang wamil dia akan menemui Kinan. Tetapi karena jadwal Leeteuk yang padat, dia harus menunggu selama satu minngu untuk menemui fans tersayangnya, krena hanya Kinan yang rutin berkirim surat padanya.
Sebelum Leeteuk pergi ada seseorang yang mencarinya, Kim Jeong Suk.
“maaf aku mengganggumu.”
“tidak apa-apa. Ada perlu apa?”
“hanya ingin mengunjungimu saja.”
“mengunjungiku?” Leeteuk heran.
“apa kau sering menerima surat dan barang atas nama Kinan?”
“iya, memang kenapa?” Leeteuk heran.
“sebelumnya aku minta maaf, sebenarnya....itu aku yang mengirimnya.”
“apa?” Leeteuk terkejut.
“bulan-bulan pertama memang Kinan yang mengirim, tetapi seterusnya aku lah yang mengirim”
“kenapa kau melakukannya?” Leeteuk marah karena merasa di bohongi.
“Kinan menderita Kanker Hati stadium 4.”
“benarkah?” Leeteuk tak percaya.
“saat dia masih merasa sehat, dia memintaku untuk memilihkan mantel dan selimut berwarna putih untukmu karena dia takut kau akan sakit.”
“kau bohong.” Leeteuk menyangkal.
“sebelum dia meninggal, dia memintaku untuk terus mengirimkan surat dan barang padamu, bahkan dia sudah memberikan uang bulanan untuk selimut dan mantel selama sisa wamil mu.”
“aku akan menemuinya sekarang!” Leeteuk berdiri.
“terlambat, dia sudah dimakamkan di Indonesia 18 bulan yang lalu. Sebenarnya tanggal kepergianmu adalah hari ulang tahun Kinan, dia ingin memintamu untuk membatalkan keberangkatanmu untuk bisa bersenang-senang denganmu. Karena sebelum dia menemui mu, dia mendatangi ku terlebih dahulu bahkan dia nekat kabur dari rumah sakit hanya menggunakan seragam pasien dan sandal jepit di pagi hari yang dingin.” Leeteuk kembali duduk, dia merasa lemas dan perlahan-lahan mulai menangis.
Akhirnya Sekarang dia tahu kenapa Kinan bertanya seperti itu sebelum dia pergi, Leeteuk-pun merasa menyesal karena telah mengacuhkan perhatian fansnya
__________THE END__________
Kinan sedang berbaring di atas ranjang pasien, dia terus mengamati ibunya yang tengah terlelap di sofa yang terletak di sebelah kiri ranjangnya. Dengan perlahan Kinan mulai melepaskan infus yang berada di tangan kirinya. Setelah infus terlepas, Kinan mulai menyentuhkan kedua kakinya ke atas lantai satu persatu.
Kinan melangkahkan kakinya ke arah sofa, bukan bermaksud untuk membangunkan sang ibu, melainkan mengambil dompet sang ibu dari dalam tasnya. Setelah Kinan mendapatkan apa yang ia butuhkan, Kinan segera melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar dengan suara yang pelan, bahkan sangat pelan.
#back to the story
“nona apa anda baik-baik saja?” sebuah suara membangunkan Kinan, mau tak mau kinan harus mengangkat kepalanya ke arah suara itu berasal.
“apa anda pemilik toko ini?” pria itu mengangguk, Kinan merasa lega.
“iya, apa anda mencari saya?” pemilik Toko-pun mendongak.
“hmmm.....” merasa tak kuat menjawab, Kinan hanya bergumam dan mengangguk sebagai jawabannya.
“kalau begitu ayo masuk! Diluar dingin.” Pemilik Toko membantu Kinan untuk berdiri dan memapahnya sampai ke dalam Toko.
(didalam toko)
“hangat..!” seru Kinan lega.
“nona, sudah berapa lama anda menunggu?” tanya si pemilik Toko yang diketahui bernama Kim Jeong Suk.
“entahlah, yang pasti sebelum langit terang aku sudah ada di sini, begitulah yang ku ingat.” Dengan polos Kinan menjawab.
“nona, diluar begitu dingin....”
“aku tahu!” Kinan mencela.
“kalu anda tahu kenapa anda melakukannya, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada anda?” Jeong Suk merasa khawatir.
“tidak akan.” Kinan menjawabnya dengan santai.
Sadar tehnya sudah habis, kinan meletakkan cangkirnya ke atas meja, dan tanpa diduga selimut yang dikenakan Kinan tersibak ke belakang.
“pakaian anda...?” Jeong Suk mulai curiga dengan pakaian yang sedang di kenakan Kinan.
“ohh ini...” Kinan mulai gelisah.
“saya akan menelpon pihak rumah sakit!” saat Jeong Suk bergegas ke arah telpon, Kinan langsung menghadang jalan.
“jangan!” tapi Jeong Suk mengabaikan Kinan. “aku mohon!” pinta Kinan.
“tapi kau sedang sakit!” Jeong Suk memandang Kinan lekat-lekat, dan kembali berjalan. Tampaknya Jeong Suk mulai merasa marah kepada Kinan.
“aku punya alasan!” Jeong Suk berhenti berjalan dan menoleh ke arah Kinan. Kinan langsung menarik Jeong Suk kembali ke meja.
_Singkat cerita_
“apa maksudmu? Apa kau gila?!” Jeong Suk terkejut mendengar alasan Kinan.
“hmm.” Kinan mengangguk penuh semangat.
“demi seseorang kau nekat sampai seperti ini! Aku sungguh tak percaya ada orang sepertimu!”
“karena ini hari ulang tahunku , jadi tolong aku. Sekali saja!” pinta Kinan sambil memelas dan mengusap-ngusapkan tangannya. Jeong Suk tampak menimbang-nimbang.
“baiklah tapi hanya kali ini saja!”
“ya baiklah! Aku tak akan pernah melupakanmu!” kinan berterimakasih sambil terus menerus membungkukkan kepalanya.
(1 jam kemudian)
“bagaimana, bagus tidak?” tanya Kinan sambil bercermin.
“kulitmu bagus, kau cocok menggunkannya.”
“benarkah??!” Kinan langsung membalikkan badannya, dan membuat Jeong Suk mundur beberapa langkah.
“kau mengagetkan ku! Bagaimana kalu aku punya penyakit jantung!” sambil memegang dada.
“maaf!” Kinan cemberut. “tapi.....?”
“kenapa?” tanya Jeong Suk.
“aku baru sadar”
“sadar apa?” Jeong Suk membereskan pakaian.
“tadi bilang ‘kau’, barusan bilang ‘anda’.” Kinan melipat tangannya.
“itu....itu karena tadi saya terkejut. Maaf kalau saya sudah berkata kasar.” Jeong Suk sedikit membungkuk.
“berapa usia mu?” tanya kinan.
“apa?”
“usia!” ulang Kinan.
“29 tahun. Memangnya kenapa?” Jeong Suk bingung.
“aku sedikit canggung memanggilmu ‘anda’, bagaimana kalau ‘oppa’ saja?”
“hah?” Jeong Suk lagi-lagi kaget.
“aku rasa aku akan sering ke Toko mu.” Kinan berbalik ke arah cermin, melihat pantulan dirinya.
“benarkah?” Kinan berhenti membenarkan pakaiannya, dan menatap Jeong Suk lewat cermin.
“benarkah?!Apa aku terlihat seperti pembohong?”
“ah tidak! Aku hany memastikan.”
“jadi...”
“jadi?” Jeong Suk mengulangi ucapan Kinan tanda tak mengerti.
“ya jadi bagaimana kalau aku panggil ‘oppa’?” jelas Kinan.
“ohh...tentu saja! Dengan senang hati.” Sambil tersenyum.
“kenalkan! Namaku Kinan Shalendra, panggil saja aku Kinan.” Kinan memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.
“ah aku Kim Jeong Suk. Berapa usia mu?”
“24” dengan nada datar dan santai.
“apa? 24?” Jeong Suk kaget.
“kenapa? Ada yang salah?” tanya Kinan.
“tidak, aku pikir usiamu 17.”
“benarkah?! Aku semuda itu?” Kinan girang.
“ah itu karena, tinggimu, itu yang membuatku berpikir demikian.”
“apa kau mengejekku?” Kinan manyun.
“tidak......tapi kau lebih manis seperti ini.” Puji Jeong Suk.
“benarkah?” Kinan senang.
“tapi menyebalkan juga” ledek Jeong Suk.
“yaaahhhh, memuji saja kau pelit.” Saat melihat jam. “ya ampun! Aku harus pergi! Aku ambil yang ini saja! Ini uangnya! Ayo cepat, aku harus ke suatu tempat!” sambil menyeret Jeong Suk ke meja kasir.
“iya... iya aku tahu. Sabar sedikit.”
“untung saja toko mu tak ramai, hanya aku yang membeli.” Celoteh Kinan.
“hmmm.... ini kembaliannya! Lain kali jangan menyusahkan!”
“iya... terima kasih yaaa sampai jumpa...”
“anak ini” sambil tersenyum.
*di sebuah tempat (ruangan)
“huft, untung saja aku tidak telat.” Gumam Kinan sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja.
“maaf menunggu lama” seorang pria berdiri di belakang Kinan dengan potongan cepak tapi terlihat keren.
“Leeteuk!” gumam Kinan sambil berdiri tak sadar.
“Silahkan!” Leeteuk mempersilahkan Kinan untuk duduk kembali.
“bagaimana kabarmu, baikkah? Namaku Kinan, aku berasal dari Indonesia.” Kinan grogi.
“senang mengenalmu Kinan. Aku? tentu saja baik, kalau tidak aku tidak akan bisa pergi.” Leeteuk tersenyum, Kinan tampak terlihat murung. “kenapa? Kau sakit? Kau terlihat pucat?”
“apa kau akan pergi?” tanya Kinan dengan pandangan kosong.
“tentu saja.”
“meskipun aku yang meminta?”
“mau tak mau aku harus pergi. Ada apa dengan mu, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“ah tidak. Berapa lama kau akan pergi?” Kinan kembali tersenyum meskipun sedikit dipaksakan.
“sekitar 2 tahun.”
“lama sekali, apa tidak bisa di kurangi?”
“itu sudah prosedurnya Kinan.”
“aku takut tidak bisa bertemu dengan mu lagi, bagaimana kalau ini pertemuan kita yang pertama sekaligus yang terakhir? Aku tidak mau.” Kinan hampir menangis.
“Kinan aku mengerti, tapi ini sudah ketentuan Negara aku tak bisa menolak.”
“kita harus berangkat!” menejer Leeteuk sudah memberi tanda.
“baik!... aku harus segera pergi.Selamat tinggal!”
“jangan ucapkan ‘selamat tinggal’! aku tak mau mendengarnya!” Kinan sedikit berteriak.
“maafkan aku, kalau begitu sampai jumpa!” Leeteuk merasa canggung.
“oppa!” Kinan menghentikan langkah Leeteuk.
“yah” Leeteuk menoleh.
“sekali lagi aku tanya, benar kau tidak bisa membatalkannya?” Kinan berharap.
“maafkan aku Kinan, tapi ini sungguh bukan kehendakku.” Kinan kecewa.
“baiklah. Ini .... aku takut kita tidak bisa bertemu lagi.” Kinan menyodorkan sebuah kalung.
“tapi ini punya mu.”
“aku tahu, meskipun ini bekasku dan bukan yang baru tapi aku harap kamu mau menerimanya.”
“tapi...”
“itu liontin berisi air. Seperti dirimu, air dapat menyuburkan Bumi, aku mengibaratkannya seperti dirimu. Jangan sampai pecah yah!” kinan meneteskan air mata.
“baiklah, terimakasih banyak. Maukah kau mengantarku sampai depan?” Kinan mengangguk semangat. “kalu begitu jangan menangis” Leeteuk menghapus air mata Kinan dan menggandengnya sampai di depan gedung.
*2 tahun kemudian.
Leeteuk terus menerima surat dalam waktu satu kali seminggu dari Kinan selama 2 tahun penuh dan sering menerima selimutdan mantel setiap satu bulan sekali, Leeteuk berjanji setelah pulang wamil dia akan menemui Kinan. Tetapi karena jadwal Leeteuk yang padat, dia harus menunggu selama satu minngu untuk menemui fans tersayangnya, krena hanya Kinan yang rutin berkirim surat padanya.
Sebelum Leeteuk pergi ada seseorang yang mencarinya, Kim Jeong Suk.
“maaf aku mengganggumu.”
“tidak apa-apa. Ada perlu apa?”
“hanya ingin mengunjungimu saja.”
“mengunjungiku?” Leeteuk heran.
“apa kau sering menerima surat dan barang atas nama Kinan?”
“iya, memang kenapa?” Leeteuk heran.
“sebelumnya aku minta maaf, sebenarnya....itu aku yang mengirimnya.”
“apa?” Leeteuk terkejut.
“bulan-bulan pertama memang Kinan yang mengirim, tetapi seterusnya aku lah yang mengirim”
“kenapa kau melakukannya?” Leeteuk marah karena merasa di bohongi.
“Kinan menderita Kanker Hati stadium 4.”
“benarkah?” Leeteuk tak percaya.
“saat dia masih merasa sehat, dia memintaku untuk memilihkan mantel dan selimut berwarna putih untukmu karena dia takut kau akan sakit.”
“kau bohong.” Leeteuk menyangkal.
“sebelum dia meninggal, dia memintaku untuk terus mengirimkan surat dan barang padamu, bahkan dia sudah memberikan uang bulanan untuk selimut dan mantel selama sisa wamil mu.”
“aku akan menemuinya sekarang!” Leeteuk berdiri.
“terlambat, dia sudah dimakamkan di Indonesia 18 bulan yang lalu. Sebenarnya tanggal kepergianmu adalah hari ulang tahun Kinan, dia ingin memintamu untuk membatalkan keberangkatanmu untuk bisa bersenang-senang denganmu. Karena sebelum dia menemui mu, dia mendatangi ku terlebih dahulu bahkan dia nekat kabur dari rumah sakit hanya menggunakan seragam pasien dan sandal jepit di pagi hari yang dingin.” Leeteuk kembali duduk, dia merasa lemas dan perlahan-lahan mulai menangis.
Akhirnya Sekarang dia tahu kenapa Kinan bertanya seperti itu sebelum dia pergi, Leeteuk-pun merasa menyesal karena telah mengacuhkan perhatian fansnya
__________THE END__________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar