PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
A.
Pengertian
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sesuai
dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab (Pasal 3 UU Sisdiknas). Sedangkan budaya adalah nilai, moral,
norma dan keyakinan (belief), fikiran yang dianut oleh suatu masyarakat/bangsa
dan mendasari perilaku seseorang sebagai dirinya, anggota masyarakat, dan warganegara.
Budaya mengatur perilaku seseorang mengenai sesuatu yang dianggap benar, baik,
dan indah. Selanjutnya, karakter adalah watak yang terbentuk dari nilai, moral, dan norma yang
mendasari cara pandang, berfikir, sikap, dan cara bertindak seseorang serta
yang membedakan dirinya dari orang lainnya. Karakter bangsa terwujud dari
karakter seseorang yang menjadi anggota masyarakat bangsa tersebut.
Pendidikan
budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir,
bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota
masyarakat, dan warganegara. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
dimiliki peserta didik tersebut menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia
yang memiliki kekhasan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
B.
Landasan
Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan
pada dasarnya adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada terutama
dari lingkungan budayanya (Ki Hajar Dewantara; Pring; Oliva). Pendidikan yang
tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan mereka tercerabut dari
akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal
budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan
budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia
menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya.
Budaya
yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang adalah budaya di
lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih
luas yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh
ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing terhadap lingkaran-lingkaran
budaya tersebut pada gilirannya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya
bangsanya dan dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian
maka dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk
menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan
itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasional nya yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing)
tersebut.
Semakin
kuat dasar pertimbangan yang dimilikinya
semakin kuat pula kecenderungannya untuk menjadi warganegara yang baik. Pada
titik kulminasinya, norma dan nilai budaya tersebut akan menjadi norma dan
nilai budaya bangsanya. Dengan demikian maka warganegara Indonesia akan
memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak dan menyelesaikan masalah yang
sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesia-annya. Hal ini sesuai dengan
fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas yaitu
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” . Oleh karena itu
aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional
(UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk
mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan
bangsa.
Proses
pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut menghendaki suatu proses yang berkelanjutan
(never ending process), dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada
dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani
dan olahraga, seni serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter
bangsa kesadaran akan siapa dirinya dan
bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Prof Dr Sartono Kartodirdjo
secara tegas menyatakan bahwa kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan
baik melalui pendidikan sejarah karena sejarah dapat memberikan pencerahan dan
penjelasan mengenai siapa dirinya dan bangsanya di masa lalu yang menghasilkan
dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu dalam pendidikan karakter bangsa
harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan
dengan lingkungan di mana dirinya dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang
hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang
berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/
politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan
perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan terhadap kurikulum berupa pengembangan
nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Dengan terobosan kurikulum yang demikian maka nilai dan karakter yang
dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak
nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan bahkan ummat manusia.
Pendidikan
budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan
(virtue) yang menjadi dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi
atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan
budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang
berasal dari pandangan hidup/ideology bangsa Indonesia, agama, budaya, dan
nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
C.
Fungsi
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan
budaya dan karakter bangsa berfungsi sebagai:
1.
perluasan
pengembangan potensi peserta didik agar mereka
memiliki kepeduliaan terhadap nilai-nilai yang mendasari kehidupan
budaya dan karakter bangsa
2.
memperkuat
kiprah pendidikan nasional untuk bertanggungjawab dalam pengembangan ranah yang
lebih luas dari ranah kognitif.
3.
wahana dalam mengembangkan potensi kemanusiaan peserta
didik sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara
- Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa
adalah:
1.
mengembangkan
potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
2.
mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan
3.
mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh dignity.
E.
Nilai-nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai
yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi
dari:
-
Agama:
masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Secara
politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari
agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari
agama.
-
Pancasila: negara
Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945
dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945
tersebut. Artinya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai
yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik
adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warganegara.
-
Budaya adalah
suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak
didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai
budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan
arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber
nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.
-
Tujuan
Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di
dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Berdasarkan
keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan
budaya dan karakter bangsa, yaitu:
·
Religius : suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
·
Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran,
menghindari perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
·
Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan
tindakan dirinya.
·
Disiplin: suatu tindakan tertib dan aptuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.
·
Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk
selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan
sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya
·
Kreatif:
berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah
dimiliki
·
Mandiri:
kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya
·
Demokratis:
sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
dalam kedudukan yang sama
·
Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam
dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
·
Semangat
kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
·
Cinta
tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
·
Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
·
Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang
lain.
·
Cinta
damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan
dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa
·
Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu
menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
·
Peduli
sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk
membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka
hadapi.
·
Peduli
lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
BAB II
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
MELALUI MATA PELAJARAN, MUATAN LOKAL, KEPRIBADIAN, DAN BUDAYA SEKOLAH
A.
Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa:
1.
berkelanjutan
2.
melalui semua mata pelajaran (saling menguatkan), muatan
lokal, kepribadian, dan budaya sekolah
3.
nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
4.
dilaksanakan melalui proses belajar aktif
Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa adalah sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta
didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas satu SD
atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas
terakhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan
dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.
Melalui semua mata pelajaran, muatan lokal, kepribadian,
dan budaya sekolah mensyaratkan bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap
mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler.
Gambar 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai tersebut melalui
keempat jalur tadi:
Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI),
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2: Pengembangan Nilai-nilai Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Setiap Mata Pelajaran
Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa bukanlah bahan ajar
biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang
dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur,
atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA,
IPS, matematika, pendidikan jasmani dan
kesehatan, seni, ketrampilan, dan sebagainya.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media
untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu
guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan
materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa.
Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun
demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang
sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam
posisi tidak tahu dan tidak paham makna sebuah nilai.
Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut
wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang
dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif (tanpa
mengatakan hal ini kepada peserta didik) menumbuhkan nilai-nilai budaya dan
karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di
kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
B.
Perencanaan Pengembangan Pendidikan Nilai-nilai Budaya
dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa
dikembangkan dalam setiap pokok bahasan dalam mata pelajaran. Nilai-nilai
tersebut dicantumkan dalam silabus. Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam
silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
1.
mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang tercantum di atas sudah tercakup didalamnya
2.
menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara
SK/KD dengan nilai dan indikator
3.
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dalam tabel tersebut ke dalam silabus
4.
mengembangkan RPP berdasarkan silabus yang sudah disusun
C.
Pengembangan Proses Pembelajaran
Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dilakukan melalui berbagai kegiatan belajar di :
1.
kelas
2.
sekolah
3.
luar
sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang dirancang
sekolah
D.
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter
didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur
di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya
perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan”
maka guru mengamati (melalui berbagai
cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan
dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi
dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan
yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak
berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang
bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya.
Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat
guru berada di kelas atau di sekolah. Model yang dinamakan anecdotal record
(catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan
nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu guru dapat
pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau hal yang menuntut
peserta didik mengemukakan posisi dirinya atau kesesuaian/ketidaksesuaian sikap
dirinya terhadap persoalan tersebut.
Sebagai contoh, peserta didik dimintakan sikapnya terhadap upaya
menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain
yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang
konflik pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan,
dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang
pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan
tersebut dapat dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut:
BT = Belum Terlihat (apabila
peserta didik belum memperlihatkan tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan
dalam indikator).
MT = Mulai Terlihat (apabila
peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB = Mulai Berkembang (apabila
peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan
dalam indikator dan mulai konsisten)
MK = Membudaya (apabila
peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam
indikator secara konsisten)
E. Indikator
Keberhasilan Sekolah dan Kelas
Untuk mengetahui bahwa
suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan
karakter bangsa, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain
seperti di bawah ini:
1.
Indikator Sekolah
NILAI
|
Deskripsi
|
INDIKATOR
SEKOLAH
|
INDIKATOR
KELAS
|
Religius
|
·
Suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
|
§ Merayakan hari-hari
besar keagamaan
§ Menyelenggarakan ibadah
rutin
|
§ Berdoa sebelum dan
sesudah pelajaran.
§
|
Jujur
|
§ Perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari
perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
|
§ Menyediakan fasilitas
tempat temuan barang hilang
§ Tranparansi laporan
sekolah secara berkala
§ Menyediakan papan
pengumuman permohonan maaf
|
§ Menyerahkan barang
temuan
§ Tranparansi laporan
kelas secara berkala
§ Mengakui kekeliruan
§ Tidak menyontek
|
Toleransi
|
§ Suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat,
sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan
dirinya.
|
§ Memberikan perlakuan
yang sama terhadap seluruh warga
sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial,
status ekonomi.
§ Memberikan perlakuan
yang sama terhadap masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
status sosial, status ekonomi, dan kelompok
masyarakat yang berkebutuhan khusus
|
§ Memberikan pelayanan
yang sama terhadap seluruh warga kelas
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi.
§ Memberikan pelayanan
terhadap anak berkebutuhan khusus
§ Bekerja dalam kelompok
yang heterogen
|
Disiplin
|
·
Suatu tindakan tertib dan aptuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.
|
§ Memiliki catatan
kehadiran
§ Memberikan penghargaan
kepada warga sekolah yang paling disiplin
§ Memiliki tata tertib
sekolah
|
§ Hadir tepat waktu
§ Mematuhi aturan
|
Kerja Keras
|
·
Suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu
menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya
sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya
|
§ Memberikan penghargaan
kepada warga sekolah yang bekerja keras dalam meningkatkan prestasi sekolah
§ Menciptakan suasana
sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras
|
§ Pantang menyerah
§ Memiliki etos kerja
§ Memiliki daya tahan
kerja
|
Kreatif
|
§ Berpikir
untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimiliki
|
§ Menciptakan situasi yang
bisa menumbuhkan daya kreatif, berpikir dan bertindak.
§ Memberikan fasilitas
warga sekolah untuk memamerkan dan memasarkan hasil karya kreatif mereka.
|
§ Menciptakan barang tidak
bernilai menjadi bernilai
§ Memberikan nilai tambah
barang
|
Mandiri
|
·
kemampuan
melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya
|
§ Memberdayakan potensi
sekolah
§ Membangun fasilitas
sekolah dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.
|
§ Percaya diri
§ Mampu mengerjakan tugas
dan menyelesaikannya secara individual
|
Demokratis
|
·
Sikap
dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
dalam kedudukan yang sama
|
§ Melibatkan warga sekolah
dalam setiap pengambilan keputusan
§ Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.
§ Pemilihan kepengurusan
sekolah secara terbuka
|
§ Mengambil keputusan
secara bersama
§ Seluruh produk
kebijakan melalui musyawarah dan
mufakat
§ Mengimplementasikan
model-model pembelajaran yang dialogis
|
Rasa Ingin Tahu
|
·
Suatu
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang
dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
|
§ Menyediakan media
komunikasi (media cetak/media elektronik) bagi warga sekolah.
§ Memfasilitasi warga
sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya.
|
§ Senang mencari informasi
§ Eksplorasi lingkungan
secara terprogram
§ Tersedia media
komunikasi (media cetak/media elektronik)
|
Semangat Kebangsaan
|
·
suatu
cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
|
§ Melakukan upacara rutin
sekolah
§ Melakukan upacara
hari-hari besar nasional
§ Menyelenggarakan
peringatan hari kepahlawanan nasional.
|
§ Bekerja sama dengan
teman sekelas tanpa memandang perbedaan
§ Mendiskusikan hari-hari
besar nasional
|
Cinta Tanah Air
|
·
suatu
sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
|
§ Menggunakan produk
buatan dalam negeri
§ Menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar
§ Menayangkan film tentang
masyarakat, wilayah, dan flora dan fauna Indonesia
|
§ Memajangkan: Foto
Presiden dan wakil Presiden, Bendera Negara, Lambang negara, Peta Indonesia, Gambar
kehidupan masyarakat Indonesia,
§ Menggunakan produk
buatan dalam negeri
|
Menghargai Prestasi
|
·
suatu
sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
|
§ Memberikan penghargaan
atas hasil prestasi kepada warga sekolah
§ Memajang tanda-tanda
penghargaan prestasi
|
§ Memberikan penghargaan
atas hasil karya siswa
§ Memajang tanda-tanda
penghargaan prestasi
|
Bersahabat
|
§ suatu tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
|
§ Suasana sekolah yang
memudahkan terjadinya interaksi antar warga sekolah
§ Berkomunikasi dengan
bahasa yang santun
§ Saling menghargai dan
menjaga kehormatan
§ Pergaulan dengan cinta
kasih dan rela berkorban
|
§ Seting kelas yang
memudahkan terjadinya interaksi siswa
§ Pembelajaran yang
dialogis
§ Guru mendengarkan
keluhan-keluhan siswa
|
Cinta Damai
|
· suatu sikap dan tindakan yang selalu
menyebabkan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang
lain, masyarakat dan bangsa
|
§ Menciptakan suasana yang
damai
§ Membiasakan perilaku
warga sekolah yang anti kekerasan
§ Membiasakan perilaku
warga sekolah yang tidak bias gender
§ Perilaku seluruh warga
sekolah yang penuh kasih sayang
|
§ Menciptakan suasana
kelas yang damai
§ Membiasakan perilaku
warga sekolah yang anti kekerasan
§ Pembelajaran yang tidak
bias gender
§ Kekerabatan di kelas
yang penuh kasih sayang
|
Gemar Membaca
|
· suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu
untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
§
|
§ Tidak terdapat tumpukan
buku yang berdebu
§ Frekuensi kunjungan
perpustakaan
|
§ Tidak terdapat tumpukan
buku yang berdebu
§ Frekuensi kunjungan
perpustakaan
|
Peduli Lingkungan
|
§ suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
|
§ Memelihara lingkungan
sekolah
§ Tersedia tempat
pembuangan sampah
§ Hemat enerji
§ Membuat biopori
|
§ Memelihara lingkungan
kelas
§ Tersedia tempat
pembuangan sampah di dalam kelas
§ Hemat enerji
|
Peduli Sosial
|
· suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan
kesulitan yang mereka hadapi.
|
§ Berempati kepada sesama
warga sekolah
§ Melakukan aksi sosial
§ Menyisihkan sebagian
haknya untuk orang lain
|
§ Berempati kepada sesama
teman kelas
§ Melakukan aksi sosial
§ Membangun kerukunan
warga kelas
|
Tanggungjawab
|
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME
|
·
Membuat laporan setiap
kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
lisan maupun tertulis.
·
Melakukan tugas tanpa
disuruh
·
Menunjukkan prakarsa
untuk mengatasi masalh dalam lingkup terdekat
·
Menghindarkan kecurangan
dalam pelaksanaan tugas
|
· Pelaksanaan tugas piket
secara teratur.
· Peran serta aktif dalam
kegiatan sekolah
· Mengajukan usul
pemecahan masalah
|
Menghargai diri sendiri/ tahu potensi diri sendiri
|
Sikap dan perilaku yang
mencerminkan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain dengan memahami kelebihan dan kekurangannya.
|
· Memiliki kesadaran akan
keragaman dan batas-batas kemampuan diri
· Tidak bergantung pada
orang lain
|
Melakukan tugas dengan
kemampuan sendiri
|
Keterbukaan
|
Sikap dan perilaku yang mencerminkan adanya
keterusterangan terhadap apa yang dipikirkan, diinginkan, diketahui serta
kesediaan menerima saran dan kritik orang lain, keterbukaan,
keikhlasan
|
·
Berbicara apa adanya
·
Mengemukakan pendapat
·
Terbuka terhadap
pendapat orang lain
|
· Mau mempertimbangkan
saran pihak lain
· Mengakui kesalahan diri
sendiri dan berupaya memperbaiki
· Berterus terang dalam
mengemukakan pendapat
|
Cinta dan kasih sayang
|
Sikap dan perilaku yang mencerminkan adanya unsur
memberi perhatian, perlindungan, penghormatan, tanggungjawab, dan pengorbanan
terhadap orang yang dicintai dan dikasihi.
|
· Memiliki kepedulian dan
keinginan membantu mereka yang membutuhkan
· Ikut merasakan
penderitaan orang lain
· Memelihara hubungan baik
sewajarnya diantara sesama
|
· Belajar kelompok
· Mengumpulkan dana sosial
· Bersikap ramah
|
Tatakrama dan sopan santun
|
Sikap dan perilaku sopan santun dalam bertindak dan
bertuturkata terhadap orang tanpa menyinggung/menyakiti serta menghargai tata
cara yang berlaku sesuai dengan norma, budaya, dan adat istiadat.
|
· Memberi salam bila
bertemu
· Berbicara dengan
menggunakan tutur kata yang santun
|
· Minta izin kepada guru
bila meninggalkan ruang/kegiatan
· Berbicara dengan
menggunakan tutur kata yang santun
|
Rasa malu
|
Sikap dan perilaku yang menunjukkan tidak enak
hati, hina, rendah karena berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati
nurani, norma dan aturan.
Perasaan seseorang
berupa rasa tidak enak , tercela, disisihkan , aib, hina, dan perasaan yang
tidak menggembirakan lainnya, sebagai akibat dari sikap dan prilakunya yang
menyimpang dari norma dan aturan, atau merasa tidak mampu berbuat dan
menyelesaikan masalah
|
· Memelihara kehormatan
diri pribadi dan lingkungan sekolah
· Tidak membicarakan yang
jelek tentang orang lain
· Memelihara penampilan
sesopan mungkin
|
· Berbusana dengan rapi
sesuai aturan
· Bertutur kata dan
berperilaku yang santun
|
Kebersamaan dan gotong royong
|
Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan
adanya kesadaran dan kemauan untuk bersama-sama, saling membantu dan saling
memberi tanpa pamrih
|
· Melakukan tugas-tugas
piket
· Memberi kontribusi dalam
mengerjakan tugas kelompok
· Memprakarsai kerjasama
dalam kelompok
|
· Melaksanakan piket kelas
· Kerja baktidi ruang
kelas
· Berbagi peran sebagai
pengurus kelas
|
Saling menghormati
|
Sikap dan perilaku untuk menghargai dalam hubungan antar individu dan
kelompok berdasarkan norma dan tatacara yang berlaku
|
·
Menghormati guru
·
Menghormati orang yang lebih tua
·
Memberi kesempatan
kepada pihak lain yang lebih berhak
|
·
Memperhatikan dan
mendengarkan pembelajaran dari guru
·
Menghormati sesama teman
di dalam kelas
·
Berperilaku dan bertutur
santun sesamanya
|
Berpikir
positif
|
Sikap
konstruktif, mendahului sisi positifnya, berpikir jernih tapi sederhana,
sadar atas keragaman dan kemampuan diri
|
· Menunjukkan
sikap konstruktif
· Menilai
segala sesuaiu dengan mendahulukan sisi baiknya
· Mementingkan
cara berpikir yang jernih tapi sederhana
|
· Mengajukan
ide-ide positif
· Melakukan
penilaian secar obyektif
· Berpikir apa
adanya
|
Bersahabat
|
|
|
· Menghargai
perbedaan dan kemajemukan
|
Rasa
tanggung jawab
|
Sikap dan
perilaku seseorang untk melaksanakan tugas dan kewajibannya, atau yang
seharusnya ia lakukan.
|
|
§ Merawat
fasilitas kelas
· Membuat
jadwal piket, struktur organisasi kelas
|
2.
Indikator Kelas
ASPEK
|
INDIKATOR
|
KEGIATAN
|
Fasilitas Kelas
|
§ Merawat fasilitas kelas
|
§ Menjaga fasilitas kelas,
misalnya mengembalikan peralatan belajar mengajar pada tempatnya, merapihkan
peralatan setelah digunakan.
|
Suasana Kelas
|
§ Menghargai perbedaan dan
kemajemukan
|
§ Mengelola pembelajaran
tanpa membedakan SARA, sosial, ekonomi, kemampuan akademis.
|
Interaksi Kelas
|
§ Mengimplementasikan
model-model pembelajaran yang dialogis
|
§ Mengelola pembelajaran
di kelas dengan menggunakan berbagai alternatif metode pembelajaran tanpa
’pemaksaan’, seperti kerja dalam kelompok, diskusi fokus, bermain peran,
curah pendapat, diskusi terbuka, dsb.
|
Ruang Kelas
|
§ Membuat jadwal piket,
struktur organisasi kelas.
|
§ Menyusun jadwal piket
secara demokratis
§ Menyusun struktur
organisasi kelas secara demokratis.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar