Minggu, 17 November 2013

MAKALAH PENDIDIKAN MORAL



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan aqidah merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki seseorang. Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Sedangkan pendidikan ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan kemampuan manusia untuk mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan juga untuk memperkuat kekuatan spritual keagamaannya.
Salah satu elemen dalam diri manusia yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan adalah jiwa yang memang telah dibawa sejak manusia dilahirkan ke muka bumi ini.
B.     Rumusan masalah.
Berdasarkan paparan singkat diatas maka yang akan menjadi fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh pendidikan aqidah, akhlak, moral dan ibadah terhadap kejiwaan seseorang?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendidikan aqidah dari segi kejiwaan.
1.      Definisi aqidah.
Secara umum aqidah berasal dari kata bahasa arab yaitu “Aqadah” yang artinya ikatan atau simpulan[1][2][2], sedangkan menurut istilah aqidah bermakna kepercayaan yang terikat kuat dan tersimpul erat dalam jiwa seseorang[2][3][3].
secara khusus, aqidah islamiyah berarti keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala kewajiban, menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari akhirat, takdir baik dan buruk, mengimani perkara ghaib serta apa-apa yang telah dikabarkan oleh Al Qur’an dan Al Hadist[3][4][4].
Sebagai salah satu disiplin ilmu, objek kajian ilmu aqidah adalah tauhid, iman, islam, hal-hal yang bersifat ghaib, kenabian, takdir, berita-berita/kisah-kisah yang telah terjadi pada masa lalu maupun yang akan datang, dasar-dasar hukum yang bersifat kaffih (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa wal bid’ah (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah) semua aliran dan sekte yang menyimpang dari agama islam serta cara kita menyikapi aliran-aliran tersebut, akhlak baik dan buruk, dan lain-lain.
Didalam islam aqidah merupakan fondasi utama yang sekaligus syarat untuk bertemu  dengan Allah di akhirat dan juga syarat diterimanya amalan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
( Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(. Al Kahfi : 110)
2.      Pengaruh pendidikan aqidah dari segi kejiwaan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa aqidah merupakan kepercayaan  yang terikat dalam jiwa seseorang, maka tentunya dapat dipastikan bahwa benar tidaknya aqidah yang dianut seseorang juga akan ikut memperngaruhi kejiwaan orang tersebut.
Pada awal-awal masa perjuangan Rasulullah SAW untuk menyebarkan agama islam di kota Mekkah, hal pertama yang ditanamkan oleh Rasulullah adalah pelurusan aqidah para penduduk kota Mekkah.
Hal tersebut tercermin dari banyaknya ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah khususnya ayat-ayat yang berhubungan dengan meng-Esakan Allah, misalnya QS. Al Ikhlash, dan lain-lain diturunkanpada periode makkiyyah (ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke kota Madinah).
Pelurusan aqidah tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi dan jiwa para kaum muslimin agar tidak mudah goyah dan tetap berpegang teguh kepada ajaran agama Allah.
Jika jiwa seseorang telah kuat maka secara otomatis akan mempengaruhi pada tingkah lakunya, sebab meskipun jiwa adalah salah satu komponen dalam diri manusia yang berbentuk abstrak akan tetapi mampu membentuk sikap dan tingkah laku keseharian seseorang, diantaranya sebagai berikut :
a.       Ketenangan jiwa.
Orang yang memiliki aqidah yang kuat akan memiliki ketenangan jiwa, sebab ia telah percaya bahwa apa yang ia dapatkan didunia ini baik itu sesuatu yang indah maupun sesuatu yang buruk semuanya telah diatur oleh Allah, dan dia telah paham bahwa dunia ini hanyalah sementara hanya tempat persinggahan untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya menuju tempat tujuan akhir yang abadi yaitu akhirat.
b.      Kesiapan diri dalam menghadapi musibah
Ketika aqidah seseorang telah mantap, ia akan sadar bahwa seluruh musibah yang menimpanya pada hakikatnya merupakan bukti rasa cinta Allah kepadanya yang sekaligus menjadi jalan untuk meningkatkan level keimanannya.
Selain kedua hal diatas tentunya masih banyak lagi pengaruh aqidah terhadap kejiwaan yang tidak mampu kami paparkan satu per satu. Oleh karena itulah jika ditinjau dari segi kejiwaan pendidikan aqidah semestinya harus dilakukan sedini mungkin, sebab sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa aqidah merupakan elemen penting dalam agama khususnya islam bahkan dapat dikategorikan sebagai salah satu pondasi yang sangat fundamental dalam islam.
B.     Pendidikan akhlak dan moral dari segi kejiwaan.
1.      Definisi akhlak dan moral.
Akhlak merupakan jamak dari kata khuluk yang berasal dari kata bahasa arab yang artinya perangai, tingkah laku, atau tabiat[4][5][5]. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik[5][6][6]
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Imam Al Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu[6][7][7].
Suatu tingkah laku atau perangai dapat dikategorikan sebagai akhlak jika tingkah laku tersebut telah dilakukan berkali-kali atau dapat dikatakan tingkah laku tersebut sudah menjadi kebiasaan dan tingkah laku itu dilakukanbetul-betul karena dorongan dari dalam diri orang tersebut tanpa ada pertimbangan sebelumnya. Selain itu, suatu tingkah laku tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak jika tingkah laku tersebut baru satu atau dua kali dilakukan oleh seseorang.
Sedangkan moral berasal dari bahasa latin yaitu moralitas yang merupakan istilah manusia menyebut orang lain dalam tindakan yang memiliki nilai positif[7][8][8]. Menurut istilah moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu dalam masyarakat yang peniliannya diukur berdasarkan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat[8][9][9]
Akhlak dan moral memiliki persamaan satu sama lain diantaranya akhlak dan moral sama-sama berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam masyarakat, sama-sama merupakan komponen penting pada proses interaksi dalam kehidupan bermasyarakat sebab manusia yang tidak memiliki akhlak yang baik dan bertindak amoral (manusia yang tidak bermoral) akan dijauhi dalam masyarakat.
Sama halnya dengan uang koin yang selalu memiliki 2 sisi, akhlak dan moral tentunya juga memiliki perbedaan diantaranya tingkah laku yang dikategorikan akhlak merupakan tingkah laku yang tidak dipertimbangkan sebelum dilakukan, sedangkan moral dipengaruhi oleh suara hati yang terkadang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu yang berdasarkan pengalaman, nasehat, dan kebudayaan dimana orang tersebut berada.
2.      Pendidikan akhlak dan moral dari segi kejiwaan.
Potensi merupakan kekuatan/kemampuan diri yang telah dibawa manusia sejak lahir yang perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal seperti kemauan, aqidah, dan lain-lain, maupun faktor external seperti lingkungan, pendidikan, dan lain-lain.
Allah telah menciptakan jiwa manusia lengkap dengan potensi untuk berbuat baik dan buruk
Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Pendidikan akhlak dan moral sangat berperan penting dalam membina potensi jiwa manusia, mulai dari lingkup pendidikan terkecil seperti keluarga sampai yang terbesar seperti masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam struktur kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi meskipun menjadi lingkungan terkecil dalam masyarakat, keluarga adalah lingkungan pertama dan utama tumbuh kembang seorang anak khususnya pembentukan karakter yang tentunya juga akan menentukan akhlak dan moralnya kelak sebab anak ibarat kertas kosong tergantung bagaimana orang tua dan keluarga anak tersebut mengisi dan mewarnai jiwa anak tersebut.
Selain keluarga, masyarakat juga tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi akhlak serta moral yang dimiliki seorang anak. Sebuah ungkapan mengatakan “hati-hatilah dalam memilih teman”, ungkapan ini memang betul karena jika kita salah memilih pergaulan kita akan terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif apalagi di zaman modernisasi saat ini.
Oleh karena itulah meskipun jiwa kita memiliki potensi untuk menjadi baik atau buruk, pontensi jiwa tersebut tetap harus digali dan diarahkan menuju ke potensi yang baik dengan jalan mendidik ahlak serta moral anak-anak serta senantiasa memberikan contoh teladan akhlak yang baik.
C.    Pendidikan ibadah dari segi kejiwaan.
Secara bahasa ibadah berarti merendahkan diri serta tunduk[9][10][10]. Dari segi terminologi ibadah berarti menaati serta melaksanakan seluruh perintah Allah dengan cara merendahkan diri dihadapan Allah (yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi) disertai rasa mahabbah (rasa cinta) yang paling tinggi kepada-Nya[10][11][11].
Di dalam islam sendiri ibadah merupakan tujuan serta kebutuhan manusia itu sendiri didalam Al Qur’an Allah SWT berfirman :


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Secara garis besar ibadah dibagi kepada 3 macam yaitu ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Mahabbah kepada Allah serta tawakkal kepada-Nya merupakan contoh ibadah hati, berdzikir, membaca tahmid dan tahlil adalah contoh ibadah lisan yang juga merupakan ibadah hati, sedangkan shalat, puasa, zakat, hajji merupakan contoh ibadah anggota badan
Semua orang islam yang mengaku dirinya beriman dan bertaqwa kepada Allah tentunya akan senantiasa melakukan ibadah yang telah dibebankan kepada setiap orang mukallap. rutinitas pelaksanaan ibadah tersebut tentunya akan ikut mempengaruhi kejiwaan orang yang melaksanakannya, berikut contoh ibadah yang mampu mempengaruhi psikis seseorang :
§  Shalat.
Ketika seorang hamba melakukan shalat dengan khusyu, akan memberikan efek ketenangan dalam jiwa apalagi ketika seseorang sedang mengalami masalah, shalat adalah salah satu media terapi dengan cara mendekatkan diri kepada Allah untuk meminta pertolongan kepada-Nya atas permasalahan yang sedang kita alami, Allah SWT berfirman
$#
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.(QS. Al Baqarah : 45)
§  Puasa.
Puasa merupakan salah satu sarana pelatihan diri untuk bersikap jujur, dan mengontrol diri dari berbagai dorongan hawa nafsu. puasa adalah ibadah yang rahasia hanya orang yang berpuasa dengan Allah yang tahu apakah ia betul-betul berpuasa atau hanya pura-pura, selain itu ketika kita berpuasa kita dididik untuk merasakan penderitaan orang-orang fakir miskin yang terkadang harus berpuasa karena tidak memiliki sesuatu untuk dimakan. Dengan kata lain puasa mampu mencetak pribadi muslim yang jujur, sabar, dermawan, dan peka terhadap lingkungan disekitarnya.
§  Zakat.
Hampir sama halnya dengan puasa, zakat juga melatih seseorang untuk menjadi dermawan dan tidak pelit karena ia telah sadar bahwa di dalam harta yang ia miliki ada hak orang lain yang harus ia salurkan kepada yang berhak
§  Hajji.
Ibadah hajji adalah ibadah yang tidak mudah dilaksanakan karena dibutuhkan kemampuan fisik dan finansial yang cukup memadai untuk melaksanakannya. Sejatinya jika niat kita betul-betul karena Allah ibadah haji adalah salah satu  bukti kecintaan kita kepada Allah sebab kita rela mengorbankan segalanya demi untuk melaksanakan ibadah ini. Dengan pelaksanaan ibadah hajji diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan kepada Allah didalam jiwa kita dan mengikis kesombongan yang ada dalam jiwa kita.



BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan singkat makalah kami ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pendidikan aqidah harus bisa dilakukan sedini mungkin, sebab aqidah merupakan salah satu pondasi utama yang menjadi pengikat dan penguat sebuah kepercayaan dalam jiwa manusia. Jika aqidahnya benar dan kuat maka kepercayaan yang dianutnya juga benar dan tidak mudah tergoyahkan oleh apapun, dan sebaliknya jika aqidahnya salah atau rapuh ia akan menjadi manusia yang sesat dan menjadi manusia plin-plan yang tidak punya pendirian.
Jiwa memiliki potensi yang telah dibawa sejak lahir yaitu potensi untuk menjadi baik dan potensi menjadi buruk termasuk didalamnya potensi untuk berakhlak baik atau buruk, oleh karena itu untuk membina dan mengarahkan potensi tersebut diperlukan kemampuan untuk memberikan pendidikan akhlak dan moral kepada setiap anak.
Setiap ibadah yang telah dibebankan Allah kepada orang mukallaf memiliki nilai-nilai yang mampu mempengaruhi psikis seseorang yang kemudian juga mampu membentuk karakter serta tingkah laku seseorang












Tidak ada komentar:

Posting Komentar