BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan aqidah merupakan usaha
sadar untuk mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki
seseorang. Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan potensi manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik.
Sedangkan pendidikan ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan
kemampuan manusia untuk mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan
juga untuk memperkuat kekuatan spritual keagamaannya.
Salah satu elemen dalam diri
manusia yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan adalah jiwa yang
memang telah dibawa sejak manusia dilahirkan ke muka bumi ini.
B. Rumusan masalah.
Berdasarkan paparan singkat
diatas maka yang akan menjadi fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah
sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh pendidikan
aqidah, akhlak, moral dan ibadah terhadap kejiwaan seseorang?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan aqidah dari segi kejiwaan.
1. Definisi aqidah.
Secara umum aqidah berasal dari
kata bahasa arab yaitu “Aqadah” yang
artinya ikatan atau simpulan[1][2][2], sedangkan menurut istilah aqidah bermakna kepercayaan
yang terikat kuat dan tersimpul erat dalam jiwa seseorang[2][3][3].
secara khusus, aqidah islamiyah
berarti keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan
melaksanakan segala kewajiban, menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya,
beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman
kepada hari akhirat, takdir baik dan buruk, mengimani perkara ghaib serta
apa-apa yang telah dikabarkan oleh Al Qur’an dan Al Hadist[3][4][4].
Sebagai salah satu disiplin ilmu,
objek kajian ilmu aqidah adalah tauhid, iman, islam, hal-hal yang bersifat
ghaib, kenabian, takdir, berita-berita/kisah-kisah yang telah terjadi pada masa
lalu maupun yang akan datang, dasar-dasar hukum yang bersifat kaffih (pasti),
seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan termasuk pula sanggahan terhadap ahlul
ahwa wal bid’ah (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah) semua aliran dan sekte
yang menyimpang dari agama islam serta cara kita menyikapi aliran-aliran
tersebut, akhlak baik dan buruk, dan lain-lain.
Didalam islam aqidah merupakan
fondasi utama yang sekaligus syarat untuk bertemu dengan Allah di akhirat
dan juga syarat diterimanya amalan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT
:
( “Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”.(. Al Kahfi : 110)
2. Pengaruh pendidikan aqidah dari segi
kejiwaan.
Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa aqidah merupakan kepercayaan yang terikat dalam jiwa
seseorang, maka tentunya dapat dipastikan bahwa benar tidaknya aqidah yang
dianut seseorang juga akan ikut memperngaruhi kejiwaan orang tersebut.
Pada awal-awal masa perjuangan
Rasulullah SAW untuk menyebarkan agama islam di kota Mekkah, hal pertama yang
ditanamkan oleh Rasulullah adalah pelurusan aqidah para penduduk kota Mekkah.
Hal tersebut tercermin dari
banyaknya ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah khususnya ayat-ayat yang
berhubungan dengan meng-Esakan Allah, misalnya QS. Al Ikhlash, dan lain-lain
diturunkanpada periode makkiyyah (ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah
hijrah ke kota Madinah).
Pelurusan aqidah tersebut
bertujuan untuk membentuk pribadi dan jiwa para kaum muslimin agar tidak mudah
goyah dan tetap berpegang teguh kepada ajaran agama Allah.
Jika jiwa seseorang telah kuat
maka secara otomatis akan mempengaruhi pada tingkah lakunya, sebab meskipun
jiwa adalah salah satu komponen dalam diri manusia yang berbentuk abstrak akan
tetapi mampu membentuk sikap dan tingkah laku keseharian seseorang, diantaranya
sebagai berikut :
a.
Ketenangan
jiwa.
Orang yang memiliki aqidah yang
kuat akan memiliki ketenangan jiwa, sebab ia telah percaya bahwa apa yang ia
dapatkan didunia ini baik itu sesuatu yang indah maupun sesuatu yang buruk
semuanya telah diatur oleh Allah, dan dia telah paham bahwa dunia ini hanyalah
sementara hanya tempat persinggahan untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya
menuju tempat tujuan akhir yang abadi yaitu akhirat.
b.
Kesiapan
diri dalam menghadapi musibah
Ketika aqidah seseorang telah
mantap, ia akan sadar bahwa seluruh musibah yang menimpanya pada hakikatnya
merupakan bukti rasa cinta Allah kepadanya yang sekaligus menjadi jalan untuk
meningkatkan level keimanannya.
Selain kedua hal diatas tentunya masih banyak lagi
pengaruh aqidah terhadap kejiwaan yang tidak mampu kami paparkan satu per satu.
Oleh karena itulah jika ditinjau dari segi kejiwaan pendidikan aqidah semestinya
harus dilakukan sedini mungkin, sebab sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
bahwa aqidah merupakan elemen penting dalam agama khususnya islam bahkan dapat
dikategorikan sebagai salah satu pondasi yang sangat fundamental dalam islam.
B. Pendidikan akhlak dan moral dari segi
kejiwaan.
1. Definisi akhlak dan moral.
Akhlak merupakan jamak dari kata
khuluk yang berasal dari kata bahasa arab yang artinya perangai, tingkah laku,
atau tabiat[4][5][5]. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah tingkah laku
seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik[5][6][6]
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu
Ibnu Miskawaih, Imam Al Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu[6][7][7].
Suatu tingkah laku atau perangai
dapat dikategorikan sebagai akhlak jika tingkah laku tersebut telah dilakukan
berkali-kali atau dapat dikatakan tingkah laku tersebut sudah menjadi kebiasaan
dan tingkah laku itu dilakukanbetul-betul karena dorongan dari dalam diri orang
tersebut tanpa ada pertimbangan sebelumnya. Selain itu, suatu tingkah laku
tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak jika tingkah laku tersebut baru satu
atau dua kali dilakukan oleh seseorang.
Sedangkan moral berasal dari
bahasa latin yaitu moralitas yang merupakan istilah manusia menyebut orang lain
dalam tindakan yang memiliki nilai positif[7][8][8]. Menurut istilah moral adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu dalam masyarakat yang peniliannya diukur
berdasarkan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat[8][9][9]
Akhlak dan moral memiliki
persamaan satu sama lain diantaranya akhlak dan moral sama-sama berhubungan dengan
tingkah laku manusia dalam masyarakat, sama-sama merupakan komponen penting
pada proses interaksi dalam kehidupan bermasyarakat sebab manusia yang tidak
memiliki akhlak yang baik dan bertindak amoral (manusia yang tidak bermoral)
akan dijauhi dalam masyarakat.
Sama halnya dengan uang koin yang
selalu memiliki 2 sisi, akhlak dan moral tentunya juga memiliki perbedaan
diantaranya tingkah laku yang dikategorikan akhlak merupakan tingkah laku yang
tidak dipertimbangkan sebelum dilakukan, sedangkan moral dipengaruhi oleh suara
hati yang terkadang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu yang berdasarkan
pengalaman, nasehat, dan kebudayaan dimana orang tersebut berada.
2. Pendidikan akhlak dan moral dari segi
kejiwaan.
Potensi merupakan
kekuatan/kemampuan diri yang telah dibawa manusia sejak lahir yang
perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal seperti
kemauan, aqidah, dan lain-lain, maupun faktor external seperti lingkungan,
pendidikan, dan lain-lain.
Allah telah menciptakan jiwa manusia lengkap dengan potensi
untuk berbuat baik dan buruk
Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Pendidikan akhlak dan moral
sangat berperan penting dalam membina potensi jiwa manusia, mulai dari lingkup
pendidikan terkecil seperti keluarga sampai yang terbesar seperti masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan
terkecil dalam struktur kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi meskipun menjadi
lingkungan terkecil dalam masyarakat, keluarga adalah lingkungan pertama dan
utama tumbuh kembang seorang anak khususnya pembentukan karakter yang tentunya
juga akan menentukan akhlak dan moralnya kelak sebab anak ibarat kertas kosong
tergantung bagaimana orang tua dan keluarga anak tersebut mengisi dan mewarnai
jiwa anak tersebut.
Selain keluarga, masyarakat juga
tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi akhlak serta moral yang dimiliki
seorang anak. Sebuah ungkapan mengatakan “hati-hatilah dalam memilih teman”,
ungkapan ini memang betul karena jika kita salah memilih pergaulan kita akan
terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif apalagi di zaman modernisasi saat ini.
Oleh karena itulah meskipun jiwa
kita memiliki potensi untuk menjadi baik atau buruk, pontensi jiwa tersebut
tetap harus digali dan diarahkan menuju ke potensi yang baik dengan jalan
mendidik ahlak serta moral anak-anak serta senantiasa memberikan contoh teladan
akhlak yang baik.
C. Pendidikan ibadah dari segi kejiwaan.
Secara bahasa ibadah berarti
merendahkan diri serta tunduk[9][10][10]. Dari segi terminologi ibadah berarti menaati serta
melaksanakan seluruh perintah Allah dengan cara merendahkan diri dihadapan
Allah (yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi) disertai rasa mahabbah (rasa
cinta) yang paling tinggi kepada-Nya[10][11][11].
Di dalam islam sendiri ibadah merupakan tujuan serta
kebutuhan manusia itu sendiri didalam Al Qur’an Allah SWT berfirman :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Secara garis besar ibadah dibagi kepada 3 macam yaitu
ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Mahabbah kepada Allah serta tawakkal
kepada-Nya merupakan contoh ibadah hati, berdzikir, membaca tahmid dan tahlil
adalah contoh ibadah lisan yang juga merupakan ibadah hati, sedangkan shalat,
puasa, zakat, hajji merupakan contoh ibadah anggota badan
Semua orang islam yang mengaku dirinya beriman dan bertaqwa
kepada Allah tentunya akan senantiasa melakukan ibadah yang telah dibebankan
kepada setiap orang mukallap. rutinitas pelaksanaan ibadah tersebut tentunya
akan ikut mempengaruhi kejiwaan orang yang melaksanakannya, berikut contoh
ibadah yang mampu mempengaruhi psikis seseorang :
§ Shalat.
Ketika seorang hamba melakukan shalat
dengan khusyu, akan memberikan efek ketenangan dalam jiwa apalagi ketika
seseorang sedang mengalami masalah, shalat adalah salah satu media terapi
dengan cara mendekatkan diri kepada Allah untuk meminta pertolongan kepada-Nya
atas permasalahan yang sedang kita alami, Allah SWT berfirman
$#
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’.(QS. Al Baqarah : 45)
§ Puasa.
Puasa merupakan salah satu sarana
pelatihan diri untuk bersikap jujur, dan mengontrol diri dari berbagai dorongan
hawa nafsu. puasa adalah ibadah yang rahasia hanya orang yang berpuasa dengan
Allah yang tahu apakah ia betul-betul berpuasa atau hanya pura-pura, selain itu
ketika kita berpuasa kita dididik untuk merasakan penderitaan orang-orang fakir
miskin yang terkadang harus berpuasa karena tidak memiliki sesuatu untuk
dimakan. Dengan kata lain puasa mampu mencetak pribadi muslim yang jujur,
sabar, dermawan, dan peka terhadap lingkungan disekitarnya.
§ Zakat.
Hampir sama halnya dengan puasa, zakat
juga melatih seseorang untuk menjadi dermawan dan tidak pelit karena ia telah
sadar bahwa di dalam harta yang ia miliki ada hak orang lain yang harus ia
salurkan kepada yang berhak
§ Hajji.
Ibadah hajji adalah ibadah yang tidak
mudah dilaksanakan karena dibutuhkan kemampuan fisik dan finansial yang cukup
memadai untuk melaksanakannya. Sejatinya jika niat kita betul-betul karena
Allah ibadah haji adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah
sebab kita rela mengorbankan segalanya demi untuk melaksanakan ibadah ini.
Dengan pelaksanaan ibadah hajji diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan kepada
Allah didalam jiwa kita dan mengikis kesombongan yang ada dalam jiwa kita.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan singkat makalah kami ini maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pendidikan aqidah harus bisa dilakukan sedini mungkin,
sebab aqidah merupakan salah satu pondasi utama yang menjadi pengikat dan
penguat sebuah kepercayaan dalam jiwa manusia. Jika aqidahnya benar dan kuat
maka kepercayaan yang dianutnya juga benar dan tidak mudah tergoyahkan oleh
apapun, dan sebaliknya jika aqidahnya salah atau rapuh ia akan menjadi manusia
yang sesat dan menjadi manusia plin-plan yang tidak punya pendirian.
Jiwa memiliki potensi yang telah dibawa sejak lahir yaitu
potensi untuk menjadi baik dan potensi menjadi buruk termasuk didalamnya
potensi untuk berakhlak baik atau buruk, oleh karena itu untuk membina dan
mengarahkan potensi tersebut diperlukan kemampuan untuk memberikan pendidikan
akhlak dan moral kepada setiap anak.
Setiap ibadah yang telah dibebankan Allah kepada orang
mukallaf memiliki nilai-nilai yang mampu mempengaruhi psikis seseorang yang
kemudian juga mampu membentuk karakter serta tingkah laku seseorang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar